ABSTRAKArus migrasi yang tinggi dan masalah keterbatasan lahan di Jakarta berdampak pada tumbuhnya permukiman alami dengan infrastruktur pemukiman dan layanan sanitasi yang tidak memadai. Bahkan faktanya masih ada rumah tangga yang melakukan praktik buang air besar sembarangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tingkat kelayakan fasilitas pembuangan tinja pada rumah tangga dengan mengadaptasi kriteria sanitation ladder, dan meneliti pengaruh karakteristik rumah tangga terhadap adopsi fasilitas pembuangan tinja layak. Analisis penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi logistik multinomial, dan sampel penelitian menggunakan mikrodata Susenas tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan 85,64% fasilitas pembuangan tinja pada rumah tangga di Jakarta termasuk kategori layak, yaitu 68,81% kategori layak-sendiri dan 16,83% kategori layakbersama. Sedangkan 14,36% tergolong kategori tidak layak. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kategori layak-sendiri adalah non-migran risen, pendidikan tinggi, jumlah anggota ≥4 orang, kawin, perempuan, dan penghasilan tinggi. Penyimpangan terjadi pada status pekerjaan, dimana status tidak bekerja cenderung memiliki kategori layak. Namun ketika diteliti lebih lanjut, status tidak bekerja memiliki kesejahteraan yang baik. Studi ini merekomendasikan kolaborasi antar dinas dan sinergi program daerah dalam menekan angka 14,36% kategori tidak layak dan mencapai target 100% sanitasi layak dan aman. Rekomendasi perumusan disain kebijakan dan pemilihan intervensi ditujukan terhadap faktor predisposisi (karakteristik rumah tangga) yang berpengaruh signifikan dan faktor pemungkin (sarana dan layanan), untuk menghasilkan capaian yang komprehensif.
ABSTRACTHigh migration and limited land in Jakarta have resulted in the growth of natural settlements with inadequate housing infrastructure and sanitation services. In fact, there are households that practice open defecation. This study aims to identified pattern of the feasibility of disposal facilities in the household by adapting sanitation ladder criteria, and examine the effect of household characteristics on the adoption of feasible disposal facilities. The research analysis is using quantitative approach with multinomial logistic regression methods, with research samples using Susenas microdata in 2017. The research
analysis is using quantitative approach with multinomial logistic regression methods, and research samples using Susenas microdata in 2017. The results showed 85.64% households in Jakarta were included in the feasible, including 68.81% the feasible category and 16.83% the shared category. Whereas 14.36% is classified as inadequate category. Variables that have a significant effect on the feasible category are non-migrant risen, higher education, the number of members ≥4 people, marriage, women, and high income. Deviations occur in employment status, where the status of not working tends to be feasible. But further, this not working status has a good welfare. The study recommends collaboration between agencies and regional program synergies in suppressing the 14.36% inadequate categories and to achieving the 100% target of safe and proper sanitation. Recommendations for the policy formulation and intervention options are aimed at predisposing factors (household characteristics) that have
a significant influence and supporting factors (facilities and services), to produce comprehensive results.