Tesis ini membahas mengenai konstruksi identitas pembaca perempuan slash fiction, dengan menggunakan psikoanalisis Lacan. Perkembangan K-Pop di Indonesia telah menciptakan berbagai media kreatifitas baru yang dibuat oleh penggemar, salah satunya adalah slash fiction. Slash fiction adalah cerita unik yang dibuat oleh penggemar, yang dalam ceritanya kedua tokoh idola memiliki hubungan sesama jenis atau homoseksual. Pembaca perempuan yang mengonsumsi slash fiction, namun pembaca perempuan tidak semuanya memiliki orientasi seksual menyimpang. Di Indonesia sendiri, homoseksual adalah hal tabu yang belum diterima masyarakat, dan membahasnya adalah sesuatu yang tabu. Teks slash fiction hadir untuk memenuhi hasrat tidak disadari dari penggemar akan idola mereka. Dengan menggunakan konstruksi identitas Lacan, penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana identitas seorang penggemar jika dilihat dari perspektif Lacan, dan slash fiction sebagai pemenuhan hasrat dan fantasi penggemar tentang kehidupan ideal bagi mereka, dan bagaimana slash fiction membantu pembaca untuk lari dari aturan simbolik yang mengikat mereka. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode Interpretative Phenomenological Analysisi (IPA) untuk melihat konstruksi identitas pembaca perempuan slash fiction. Alat pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan tiga orang informan. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian menganalisis menggunakan psikoanalisis Lacan terkait konstruksi identitas. Hasil dari penelitian ini adakah identitas tidak hanya ditentukan oleh sesuatu yang informan sadari, atau sesuatu yang simbolik, tetapi identitas juga diatur oleh keinginan fantasi, yang dihasilkan dari the Real. . Identitas didasarkan pada gambar ideal yang dilihat oleh seseorang tentang dunia luarnya, dan hal tersebut mendorong seseorang untuk terus mendekati diri ideal menurutnya. Identitas seseorang pada dasarnya tidak akan pernah utuh, dan proses konstruksinya adalah proses yang disadari. Meskipun begitu, the symbolic tetap memberikan identitas dan pengertian bagi informan tentang mana yang positif atau baik, serta sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya selama ini, dan identitas mana yang negatif, atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya.
This thesis discusses the construction of identity published by fictional slash women, using Lacan's psychoanalysis. The growth of K-Pop in Indonesia has created various new creative media which are created by fans, one of them is fiction slash. Fiction slash is an unique story which created by fans, where the two idol characters have same-sex or homosexual relationships. Even though the majority of female readers who consume slash fiction do not have everything which supports the discussion section. In Indonesia, these sorts of conversations are somewhat taboo and still have not been fully accepted by the public, even discussing them are still defined as taboo. Fiction slash text exists to fulfill the unconscious desire of their idol fans. By using Lacan's identity construction, this study attempts to examine how the identities of fans use Lacan's views, and cut fiction as a fulfillment of fans desires and fantasies about life ideal for them, and use fictional slash to help them to seek symbolic diversions which connected with them. By using the constructivist paradigm, this research qualitative study used Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) to see the construction of the slash fiction female readers identity. The tool in this research was used in-depth interviews with three informants. After collecting the data, the researchers analyzed the data using Lacan's psychoanalysis which related to identity construction. The result of this research is the identity was not only determined by something the informant is aware of, or something symbolic, but also the identity was governed by fantasy desires, as the result from the Real. The identity was based on the ideal image which is seen by someone about the outside world, and it encourages someone to continue to approach the ideal self according to her. A person's identity is basically never intact, and the construction process is a conscious process. Although, the symbolic still provides the identity and meaning for informants about which is positive or good, and in accordance with the values that have been believed so far, also which identity is negative, or not in accordance with the values tt are believed.