Ketimpangan relasi kuasa antara ibu dan anak dalam praktik sharenting mengindikasikan adanya pola kekerasan simbolik. Beranjak dari pemikiran Bourdieu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme kekerasan simbolik dalam praktik sharenting yang dilakukan oleh ibu muda. Penelitian ini mengumpulkan data dari pengalaman ibu muda dengan menggunakan strategi penelitian fenomenologi. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa pola-pola kekerasan simbolik dalam praktik sharenting terjadi melalui pengambilan keputusan, pembentukan narasi, dan pemaknaan, yang seluruhnya dikuasai oleh ibu. Kekerasan simbolik yang terjadi dalam praktik sharenting telah menjadi bagian dari habitus para ibu yang terbentuk melalui doxa dalam hubungan ibu dan anak. Praktik sharenting juga memperbesar tekanan bagi ibu muda untuk menjadi ibu yang baik. Penelitian ini berhasil membongkar bahwa kekerasan simbolik dalam praktik sharenting berakar dari doxa tentang peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat yang terjaga dalam habitus keseharian ibu.
The inequal power relation between mother and children shown in sharenting indicates a pattern of symbolic violence. Refering to Bourideu’s idea, this research intends to uncover symbolic violence mechanism within young mothers' sharenting practice. This study collects data from young mothers' experience using phenomenological research strategy. Findings from this study show symbolic violence patterns in sharenting practice emerged through decision making, narrative construction, and meaning ownership which are all dominantly held by mothers. Symbolic violence in sharenting practice has become part of mother’s habitus which are formed by doxa within the mother and child’s relationship. Sharenting practice also increases pressure for young mothers to perform as a good mother. This study succed to dismantle that symbolic violence in sharenting practice is rooted from doxas about women’s role in family and the society which are perpetuated by mothers’ habitus.