Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berfokus pada pemaknaan negosiasi yang mengakar pada teori Hall terkait pemaknaan khalayak. Dengan menggunakan paradigma critical constructionism, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pemaknaan negosiasi di antara pengetahuan lokal dan pengetahuan modern oleh komunitas lokal terbentuk pada konteks pengonsumsian plastik sekali pakai di Bali.
Plastik sekali pakai menjadi sorotan dalam permasalahan lingkungan Bali yang
mengancam industri pariwisatanya. Studi kualitatif eksploratif ini mengambil sudut pandang komunitas lokal di Bali yang menempati posisi hegemonik di tengah-tengah isu plastik tersebut, di mana pengetahuan lokal sebagai bagian dari kebudayaan Bali dan pengetahuan modern yang dipicu modernisasi merupakan diskursus-diskursus dominan yang bersifat hegemonik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dilakukan terhadap empat orang informan perwakilan komunitas lokal Bali. Penelitian ini juga menggunakan metode observasi unobtrusive. Penelitian ini menemukan bahwa pemaknaan negosiasi oleh komunitas lokal ditentukan oleh latar belakang komunitas itu sendiri. Penelitian ini juga menemukan bahwa pemaknaan negosiasi tercermin melalui adanya praktik-praktik yang bergerak ke arah modern serta bersifat berkelanjutan, yang mana praktik tersebut mengadaptasi nilai-nilai tradisional Bali. Meskipun demikian, pemaknaan negosiasi oleh komunitas lokal tidak dapat dilepaskan dari relasi kuasa yang terjalin dalam permasalahan plastik di Bali.
This research is a qualitative research which focuses on negotiated reading that is rootedfrom Hall’s theory on audience reception. By using critical constructionism paradigm,this research aims to understand the negotiated reading between local knowledge andmodern knowledge by local communities which is constructed in the context of singleuseplastic consumption in Bali. Single-use plastic has become the highlight inenvironmental problems that occur in Bali that threatens its tourism. This explorativestudy takes into account local community’s perspective that occupies a hegemonicposition in the midst of plastic issue, in which the discourse of local knowledge as part ofBalinese culture and modern knowledge as part of modernization become the dominantand hegemonic discourses. The method used for this research is in-depth interview towardfour informants representing different local communities in Bali. This research also usesunobtrusive observation as a method. This research found that the negotiated reading oflocal community is determined by the background of the community itself. This researchalso found that negotiated reading is reflected upon practices that move toward modernityand sustainability, which are also adapted from Balinese traditional values. However, thenegotiated reading of local community cannot be separated from the power relationswhich are intertwined within Bali’s plastic problem.