Industri es krim nasional telah mengalami disrupsi selama lima tahun terakhir akibat masuknya pemain baru. Hal ini memberikan dampak negatif untuk pemimpin industri es krim nasional, Unilever Indonesia (U/LI). Dalam upaya untuk menekan dampak negatif tersebut, ULI membuat bisnis baru dengan pendekatan yang sama dengan para pemain baru. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana diversifikasi melalui unit bisnis sudah tepat ditinjau dari kondisi industri es krim nasional di tahun 2015 âÃÂà2018 dengan mengacu dari lima unsur pembentukan industri, tercapainya cost advantages ULI untuk unit bisnis barunya mengacu pada aktivitas pada rantai nilai, serta pengaruh penerapan sanksi distributor mikro terhadap arus kas dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa diversifikasi melalui Seru tepat dilakukan karena industri yang masih berpotensi untuk tumbuh, masih adanya cost-disadvantages dalam bisnis baru ULI, dan upaya perbaikan cost-disadvantages dengan hold order cukup signifikan dalam memperbaiki arus kas Seru.
For the last five years, several new market players have significantly disrupted Indonesia ice cream industry. This also brought a negative impact to the industyâÃÂÃÂs market leader, Unilever Indonesia (ULI). In order to lessen the severity of the impact, ULI has created a new business with a similar approach. This study is done to analyze how the industry has developed from 2015 -2018 in accordance to the five driving forces of industry, cost advantages of the new unit business with in accordance to value chain, and the impact of sanction, hold order, towards the micro distributors with Wilcoxon Signed Rank Test. From this study, researcher found that the diversification through Seru is in parallel with the industryâÃÂÃÂs condition, found there are several cost-disadvantages on ULIâÃÂÃÂs new business, and the implementation of hold order as a sanction to Juragan is significant to lessen ULIâÃÂÃÂs debt.