ABSTRAKJepang adalah salah satu negara maju dengan jumlah penduduk usia lanjut tinggi. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah sosial berupa defisit tenaga kerja muda. Oleh karena itu, melalui Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement (IJ-EPA), Jepang merekrut perawat muda Indonesia. Meski begitu, hanya ada sedikit perawat yang berhasil lulus ujian dan mendapatkan sertifikat bekerja di Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara jenis bantuan yang diterima perawat dari pihak Jepang dalam mengikuti ujian dengan persentasi kelulusan ujian keperawatan nasional. Klasifikasi jenis bantuan dilakukan menggunakan teori Social Support dari Lin, Ye, dan Ensel (1999) dengan metode kualitatif dan studi pustaka. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa penambahan instrumental dan emotional social support yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, rumah sakit secara general, dan yayasan belum berkorelasi dengan tingkat kelulusan perawat Indonesia dalam ujian perawat nasional di Jepang.
ABSTRACTJapan has one of the most aging societies in the world leading to a serious problem regarding shortage of young labors in various working sectors. Due to this social issue, the Japanese government has arranged some international agreements with several developing countries. For instance, it has enforced Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) encouraging Indonesian nurses to pursue their careers in Japan. These nurses are obliged to take an examination by the end of the training program, and if they pass the exam, they will get a work permit for a couple of years in Japan. However, there is only a few Indonesian test takers that could pass the test. This paper examines what the most important factor contributing to their success of passing the exam was. This study uses a theory of social support and classifies types of every support in order to find out what aid is needed the most by test takers for passing the exam.