Seni populer memiliki peran yang sangat diperlukan dalam menyebarkan pemahaman tentang gangguan psikologis. Makalah ini bertujuan untuk melihat apakah penggambaran May dalam film 27 Steps of May (2019) sudah cukup baik dalam menggambarkan seseorang yang menderita Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Ia dianalisis dengan melihat elemen visual seperti penggunaan warna, pemilihan busana, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan teknik sinematografi. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan semiotika, makalah ini menganalisis makna dari setiap elemen visual menggunakan teori Barthes `Three Orders of Signification` (1972). Analisis dilanjutkan dengan melihat keterkaitan antara PTSD-nya dengan elemen visual dan menganalisis apakah penggambaran media ini akurat atau tidak. Penggunaan warna, gaya rambut, pemilihan pakaian, unsur sinematografi, ekspresi wajah, dan gerak tubuh dilihat dari tingkat denotasi, konotasi, dan mitosnya secara berurutan. Temuan menunjukkan bahwa penggunaan elemen visual mengindikasikan May sebagai seseorang yang depresi, kesepian, ketakutan, kurang dominan, dan terisolasi. Sifat-sifat ini menunjukkan gejala penderita PTSD, yang menyatakan bahwa penggambaran identitas dalam film ini akurat. Dari temuan tersebut, masing-masing elemen visual menyampaikan makna yang membangun ciri khas May dan terdapat keterkaitan antara penggambaran May melalui elemen visual dengan PTSD-nya. Temuan ini kemudian menambah kontribusi baru di bidang semiotika dan psikologi dengan menganalisis tokoh film diam yang menderita PTSD dengan pendekatan semiotika
Popular art has an indispensable role in disseminating an understanding about psychological disorders. This paper aims to see if the portrayal of May in the film 27 Steps of May (2019) is a good enough rendering of a person suffering from Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). She is analysed by looking at the visual elements, such as the use of colours, fashion selection, facial expressions, body gestures, and cinematography techniques. Using the descriptive qualitative method and semiotics approach, this paper analyses the meanings of each visual element using Barthes` theory `Three Orders of Signification` (1972). The analysis is continued by seeing any relation between her PTSD with the visual elements and analysing whether the media portrayals are accurate or not. The use of colours, hairstyle, clothes selection, cinematography elements, facial expressions, and body gestures are looked at from the level of denotation, connotation, and myth respectively. The findings show that the use of visual elements indicates May as someone who is depressed, lonely, fearful, less dominant, and isolated. These qualities indicate the symptoms of a PTSD sufferer, which shows that the identity portrayals in this film are accurate. From the findings, each visual element delivers meanings which build the characteristics of May, and there is a relation between the portrayal of May through visual elements with her PTSD. These findings, then, add a new contribution to semiotics and psychology field by analysing a silent film character suffering from PTSD with semiotics approach