Ketertarikan pada sifat antar tindakan
human dengan
non-human animal semakin meningkat saat kita memasuki abad ke-21. Jelas bahwa terdapat banyak masalah yang penting terkait kesejahteraan hewan yang menuntut perhatian segera dan cermat. Sudah begitu lama hewan dipandang ada hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia saja. Hal ini terjadi dalam posisi manusia yang dianggap sebagai makhluk simbolik dalam pendeketannya yang begitu antroposentrik. Hadirnya antroposentrisme memberikan konsekuensi bahwa manusia menggunakan posisi sentralnya itu untuk memanfaatkan non manusia untuk kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan kepentingan bersama semua makhluk hidup. Bahwa kehidupan bukan hanya milik manusia, dan bukan hanya soal pengalaman manusia saja, melainkan bagaimana cara kita menidentifikasi pengalaman hewan yang lain itu dengan pendekatan bahasa. Melalui pendekatan zoosemiotik kita dapat meminimalisir kecenderungan antroposentris yang destruktif dan eksploitatif. Zoosemiotik, atau studi hewan yang diinformasikan secara semiotika dengan lebih luas, berupaya menggambarkan makna dan tanda dalam hubungan pada hewan dan antara hewan dengan budaya manusia. Hal tersebut dimungkinkan karena pandangan spesiesme akan bergeser sedikit demi sedikit, memungkinkan manusia untuk tidak lagi menganggap status yang lebih rendah pada hewan dan menganggap mereka bukan sebagai individu, dan bukan sebagai objek dan sarana untuk memenuhi keinginan manusia. Kemudian, terbuka kemungkinan cukup besar bagi pendekatan zoosemiotik ini sebagai proses kepedulian dan penghayatan bersama yang dilakukan melalui kemungkinan terjalin nya pertukaran tanda bahkan proses komunikasi antara manusia dan hewan dalam relasi nya.
Interest in the nature of human and non-human animal action increases as we enter the 21st century. It is clear that there are many important issues related to animal welfare that demand immediate and careful attention. For a long time, animals were thought to exist only to meet human needs. This happens in the position of humans who are considered as symbolic creatures in their approach that is so anthropocentric. The presence of anthropocentrism provides the consequence that humans use their central position to utilize non-humans for personal gain in the name of the common interests of all living things. That life does not only belong to humans, and is not only a matter of human experience, but how we identify other animal experiences with a language approach. Through a zoosemiotic approach we can minimize the destructive and exploitative anthropocentric tendencies. Zoosemiotics, or animal studies that are informed more broadly by semiotics, attempt to portray the meaning and sign in relationships in animals and between animals and human culture. This is possible because the view of species will shift little by little, allowing humans to no longer consider lower status in animals and consider them not as individuals, and not as objects and means to fulfill human desires. Then, there is a big possibility for this zoosemiotic approach as a process of mutual concern and appreciation carried out through the possibility of intertwining the exchange of signs and even the process of communication between humans and animals in their relationships.