ABSTRAKUlu ambek merupakan salah satu tradisi lisan yang berkembang di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Ulu ambek adalah sejenis silat dimana terdapat dua orang laki-laki yang berdiri saling berhadap-hadapan dan mempertunjukan gerakan serang (ulu) dan hambat (ambek). Dalam pertunjukannya, kedua pesilat tidak saling melakukan kontak fisik, oleh karena itu silat jenis ini disebut juga dengan silat gaib atau silat bayang. Pertunjukan tersebut dilakukan diatas arena yang disebut dengan laga-laga dan dipimpin oleh janang serta diawasi oleh niniak mamak. Sebagai sebuah tradisi lisan, salah satu penentu eksistensi dan keberlanjutan tradisi ulu ambek adalah bagaimana
tradisi ini dikelola. Hal demikian dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengungkap strategi pengelolaan ulu ambek di Pariaman agar tetap bertahan. Selain itu juga untuk mengungkap keterlibatan pemerintah dan perguruan tinggi dalam pengelolaan tradisi ulu ambek di Pariaman. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pengelolaan pertunjukan ulu ambek adalah sistem pengelolaan bersifat adat. Dalam mempertahankan keberlangsungan tradisi ulu ambek terdapat sinergi yang baik antara
pihak internal, yaitu komunitas pemilik tradisi ulu ambek dengan pihak eksternal, dalam hal ini adalah pemerintah dan perguruan tinggi. Pengelolaan ulu ambek dilakukan oleh struktur kepemimpinan adat, yaitu tungku tigo sajarangan yang terdiri dari niniak mamak, cadiak pandai, dan alim ulamo. Pemerintah mendukung dengan menciptakan
ekosistem yang baik demi keberlangsungan tradisi ulu ambek, misalnya dengan mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang nagari sebagai basis wilayah pelaksanaan tradisi ulu ambek. Selain itu pemerintah juga dapat memberikan bantuan langsung dalam hal pendanaan alek nagari dan promosi tradisi ulu ambek. Pihak perguruan tinggi juga melakukan upaya dalam pengembangan tradisi ulu ambek dalam hal penelitian, serta pendampingan komunitas budaya dalam memberdayakan sanggar-sanggar seni yang ada di Pariaman.
ABSTRACTUlu ambek is one of the oral traditions that developed in the Pariaman area, West Sumatra. Ulu ambek is a kind of martial art in which there are two men who stand face to face and demonstrate attack (ulu) and defense (ambek) movements. In the performance, the two fighters do not make physical contact, therefore this type of martial art is also known as unseen martial art or shadow martial art. The performance is
performed in an arena called laga-laga and supervised by the janang and niniak mamak. As an oral tradition, one of the determinants of the existence and sustainability of the ulu ambek tradition is how this tradition is managed. This is discussed in this study with the aim to described the ulu ambek management strategy in Pariaman in order to
survive. It is also to reveal the involvement of the government and universities in the management of the tradition of ulu ambek in Pariaman. This research is a qualitative research using ethnographic method. The data were collected by means of literature study, observation, and interviews. The results showed that the management system of ulu ambek performances is a customary management system. In maintaining the continuity of the ulu ambek tradition, there is a good synergy between internal parties, namely the community of ulu ambek tradition owners and external parties, in this case the government and universities. Ulu ambek management is carried out by customary leadership structures, namely tungku tigo sajarangan which consists of niniak mamak, cadiak pandai, and alim ulamo. The government supports it by creating a good ecosystem for the sustainability of the ulu ambek tradition, for example by issuing a
Regional Regulation which regulates the nagari as the basis for the implementation of the ulu ambek tradition. In addition, the government can also provide direct assistance in terms of funding alek nagari and promoting the ulu ambek tradition. The university institution also makes efforts in developing the ulu ambek tradition in terms of research, as well as mentoring cultural communities in Pariaman.