Pawukon merupakan salah satu sistem perhitungan waktu dalam budaya Jawa yang mendapat pengaruh dari kalender Saka pada masa era Hindu yang lebih dulu ada di Pulau Jawa (Tanojo, 1959: 5). Pawukon tidak terlepas dari cerita Raden Watugunung dari kerajaan Giling Wesi beserta 2 istrinya yaitu Dewi Sinta dan Dewi Landep serta 27 anak-anak mereka (Olthof, 1941: 6). Penelitian ini berfokus pada ikon 3 tokoh utama yang umum ditemukan dalam buku tentang pawukon yaitu Dewi Sinta, Dewi Landep, dan Raden Watugunung. Tujuan penelitian ini adalah melihat makna ikon yang dimunculkan dari 3 ikon tokoh utama tersebut dari buku Pawukon Pasemon Dalah Pardikane (Tanojo, 1967) dan Pawukon 3000 (Hermanu, 2013) dan menjelaskan mengapa ikon tersebut digunakan dalam wuku-wuku tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan dianalisis menggunakan Teori Segitiga Semiotik dari Peirce (1940) untuk mendapatkan makna ikon, dan teori Cassirer (1987) untuk melihat penggunaan ikon dalam wuku Sinta, Landep dan Watugunung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna ikon dalam pawukon Jawa merupakan hasil pemikiran leluhur Jawa yang berasal dari nilai nilai filosofi pada alam yang bertujuan untuk mengetahui perangai karakteristik kepribadian seseorang. Kemudian, pemunculan ikon dalam pawukon Jawa tidak lepas dari hubungan manusia (mikrokosmos) dengan alam (makrokosmos) untuk mencapai keseimbangan hidup karena menurut Cassirer (1987) ikon muncul sebagai hasil pengamatan manusia (empirik) dan memiliki fungsi dalam hidup manusia.
Pawukon is a time calculation system in Javanese culture that was influenced by the Saka calendar during the Hindu era which first existed in Java (Tanojo, 1959: 5). Pawukon is inseparable from the story of Raden Watugunung from the kingdom of Giling Wesi and his 2 wives, namely Dewi Sinta and Dewi Landep and their 27 children (Olthof, 1941: 6). This research focuses on the icons of 3 main characters that are commonly found in books about pawukon, namely Dewi Sinta, Dewi Landep, and Raden Watugunung. The purpose of this research is to look at the meaning of the icons that appear from the 3 main character icons from the book Pawukon Pasemon Dalah Pardikane (Tanojo, 1967) and Pawukon 3000 (Hermanu, 2013) and explain why these icons are used in these wuku. The research was conducted using qualitative methods with a literature study approach and analyzed using Peirce's (1940) Semiotic Triangle Theory to obtain icon meanings, and Cassirer's (1987) theory to see the use of icon symbols in wuku Sinta, Landep and Watugunung. The results show that the meaning of icons in Javanese pawukon is the result of Javanese ancestral thought that comes from philosophical values in nature which aims to determine the character traits of a person's personality. Then, the appearance of symbols in Javanese pawukon cannot be separated from the relationship between humans (microcosm) and nature (macrocosm) to achieve a balance of life because according to Cassirer (1987) icons appear as the result of human observation (empirically) and have a function in human life.