Memori kolektif dapat dipertahankan melalui pelestarian bangunan cagar budaya, karena sebenarnya memori kolektif dapat terekam pada objek arsitektural. Pelestarian sejarah, bentuk arsitektur, dan kenangan yang terkait dengan bangunan dan masyarakat dianggap perlu, agar semua aspek tersebut dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Ketika sebuah bangunan cagar budaya mengalami kerusakan fisik, maka akan muncul fenomena hilangnya keterkaitan antara bangunan tersebut dengan ingatan kolektif masyarakat terhadap bangunan tersebut. Fenomena ini merupakan contoh teror terhadap sebuah bangunan. Tulisan ini membahas teror dalam konteks yang sedikit berbeda, terutama ketika sebuah bangunan bersejarah dihancurkan secara fisik dan memori bangunan tersebut diserang. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perusakan bangunan cagar budaya dengan memori kolektif masyarakat.
Studi kasus yang dikaji dalam tugas akhir ini adalah Pasar Johar Semarang. Sebagai bangunan cagar budaya, Pasar Johar Semarang merupakan salah satu bangunan yang mengalami beberapa kali perubahan dan bencana, seperti peristiwa kebakaran yang terjadi pada tahun 2015. Teori yang digunakan sebagai dasar adalah teori yang berkaitan dengan memori kolektif dan teror dalam arsitektur. Pasar Johar mengalami fenomena teror terhadap keberlangsungan bangunan bersejarah di Indonesia, karena memori pasar ini perlahan terhapus melalui perubahan fisik dan mengalami peristiwa kebakaran, sehingga menyebabkan hilang ingatan kolektif masyarakat Pasar Johar.
Collective memory can be maintained through the preservation of cultural heritage buildings, because actually collective memory can be recorded on architectural objects. Preservation of history, architectural forms, and memories associated with buildings and society is considered necessary, so that all these aspects can be passed on to the next generation. When a cultural heritage building is physically damaged, there will be a phenomenon of loss of connection between the building and the collective memory of the community towards the building. This phenomenon is an example of terror against a building. This paper discusses terror in a slightly different context, especially when a historic building is physically destroyed and the memory of the building is attacked. The purpose of this paper is to find out whether there is a relationship between the destruction of cultural heritage buildings and the collective memory of the community.
The case study studied in this final project is Pasar Johar Semarang. As a cultural heritage building, Pasar Johar Semarang is one of the buildings that has experienced several changes and disasters, such as the fire incident that occurred in 2015. The theory used as the basis is a theory related to collective memory and terror in architecture. Pasar Johar is experiencing a terror phenomenon against the sustainability of historical buildings in Indonesia, because the memory of this market is slowly being erased through physical changes and experiencing fire events, causing the collective memory of the Pasar Johar community to be lost.