Latar Belakang: Halitosis subjektif merupakan masalah yang umum terjadi di masyarakat. Masalah psikologis remaja DKI Jakarta juga memiliki prevalensi yang tinggi. Penelitian mengenai pengaruh masalah psikologis seperti cemas, depresi, dan stres terhadap halitosis subjektif masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor psikologis terhadap halitosis subjektif.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan diuji menggunakan analisis Chi-square dan korelasi spearman.
Hasil: Masalah kondisi psikologis pada remaja DKI Jakarta yang berdomisili di DKI Jakarta pada tahun 2020 masih tinggi, khususnya tingkat kecemasan. Analisis dengan menggunakan uji korelasi spearman menunjukkan bahwa faktor psikologis seperti cemas, depresi, stress dan jumlah masalah psikologis memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya halitosis subjektif (p<0.05).
Kesimpulan: Masalah psikologis pada remaja yang berdomisili di DKI Jakarta memiliki hubungan yang bermakna dengan terjadinya halitosis subjektif.
Background: Subjective halitosis is a common problem in society. Psychological problems in adolescents who live in DKI Jakarta in 2020 have a high prevalence. There are only few information about psychological problems such as anxiety, depression, and stress can affect subjective halitosis. The aim of the study is to determine the relationship between psychological problems and subjective halitosis. Methods: The study is using cross-sectional design and analyzed with Chi-Square and Spearman correlation analysis. Results: The prevalence of psychological problems is high, especially anxiety level. Analisis using the spearman correlation showed that psychological factors such as anxiety, depression, stress and amount of pcychologic problem had a statiscally significant relationship with the occurrence of subjective halitosis (p<0.05). Conclusion: There is correlation between psychological problems in adolescents who live in DKI Jakarta with subjective halitosis.