Peningkatan permukaan kedap air berbanding terbalik dengan infiltrasi sehingga
meningkatkan terjadinya banjir. Permasalahan yang dihadapi Jakarta adalah belum
tercapainya target Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% serta masih sedikitnya
studi tentang aspek hidrologi RTH. Tujuan penelitian ini menganalisis kontribusi
RTH sebagai tempat cadangan air dan membantu meminimalkan limpasan.
Penelitian ini menggunakan metode gabungan dengan analisis kuantitatif
menggunakan Horton, Thornthwaite-Mather & Ffolliot, sedangkan analisis
kualitatif dengan Actor Network Theory. Untuk hasil didapatkan bahwa area
imbuhan atau lepasan lebih berperan dalam menentukan lokasi cadangan air
dibandingkan dengan tekstur tanah. Untuk aktor DSDA, DCKTRP dan DLH adalah
aktor kunci, Bappeda sebagai penghubung, sedangkan DPHK dan Inisiator sebagai
aliansi potensial. Kesimpulan RTH optimal melalui integrasi RTH dan Ruang
Terbuka Biru menggunakan bioretention
Increasing the surface of the impermeable is inversely proportional to infiltration,thereby increasing flooding. The problems faced by Jakarta are the 30% GreenOpen Space (GOS) target has not been achieved, as well as the lack of studies onthe hydrological aspects of GOS. The purpose of this study was to analyze thecontribution of GOS for water reserves and help minimize runoff. This study useda combined method with quantitative analysis uses Horton, Thornthwaite-Mather& Ffolliot, while the qualitative analysis with Actor-Network Theory. The resultsshow that the recharge or detachment area plays a more critical role in determiningthe location of water reserves compared to the texture of the soil. The DSDA,DCKTRP, and DLH actors are the key actors, Bappeda as the liaison, while theDPHK and the INITIATOR are potential alliances. Conclusion optimal GOSthrough integration of GOS and Blue Open Space uses bioretention