Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi ancaman hybrid warfare
di Indonesia melalui studi kasus Papua di Media Sosial. Penulis menggunakan
teori hybrid warfare,teori hate speech, teori propaganda, teori media sosial dan
teori disinformasi. Penulis menggunakan metode kualitatif dan studi kasus sebagai
membantu menjelaskan fenomena propaganda dan disinformasi pada kasus
gerakan pembebasan Papua. Penulis berusaha menganalisa potensi ancaman
hybrid warfare yang dilakukan oleh oknum pembebasan Papua melalui media
sosial. Perkembangan media sosial di Indonesia dan dunia internasional sangat
pesat dengan dipengaruhi oleh internet. Media sosial pada saat ini dapat
mempengaruhi penyebaran dan model propaganda serta disinformasi yang
digunakan sebagai instrumen hybrid warfare. Propaganda dan disinformasi yang
digunakan sebagai upaya Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui media sosial.
Perubahan interaksi dan penggunaan disinformasi dan hate speech pada media
sosial menunjukkan bahwa OPM melakukan penggalangan untuk merubah
persepsi masyarakat Indonesia maupun internasional. Propaganda dan
disinformasi mengenai kasus Papua semakin meningkat dan menggunakan
alogaritma dari media sosial untuk mencapai tujuan mereka. Penulis menemukan
beberapa bukti bahwa media massa dan media sosial organisasi tersebut
medapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Dukungan tersebut dapat
menigkatkan potensi ancaman terhadap keamanan nasional Indonesia
This study aims to analyze the potential threat of hybrid warfare inIndonesia through a Papua case study on social media. The author uses hybridwarfare theory, hate speech theory, propaganda theory, social media theory anddisinformation theory. The author uses qualitative methods and case studies tohelp explain the phenomenon of propaganda and disinformation in the case of thePapuan liberation movement. The author tries to analyze the potential threat ofhybrid warfare carried out by elements of Papuan liberation through social media.The development of social media in Indonesia and internationally is very fast,influenced by the internet. Social media at this time can influenced the spread andmodel of propaganda and disinformation used as a hybrid warfare instrument.Propaganda and disinformation used as an effort by the Free Papua Movement(OPM) through social media. Changes in interaction and the use of disinformationand hate speech on social media showed that OPM is mobilizing to changeperceptions of the Indonesian and international community. Propaganda anddisinformation regarding the Papua case is increasing and using algorithms fromsocial media to achieve their goals. The author found some evidence that the massmedia and social media of these organizations received support from variouscircles. This support can increase the potential threat to Indonesia's nationalsecurity