Film remaja merepresentasikan masa transisi remaja beranjak dewasa yang penuh keraguan dan kegelisahan. Film Goodbye Berlin merupakan film remaja yang menampilkan pertemanan antara dua remaja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Film ini juga menampilkan proses pendewasaan diri keduanya melalui perjalanan yang mereka lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan paham pluralisme yang terkandung dalam film
Goodbye Berlin serta menunjukkan bagaimana strategi film menampilkan proses pendewasaan diri tokoh Maik dan Tschick melalui perjalanan yang mereka lakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk menganalisis perbedaan antara kedua tokoh. Paham pluralisme yang ada dalam film dikemas melalui lima cara, yaitu melalui latar belakang ekonomi, latar belakang budaya, kepribadian, pandangan
hidup serta orientasi seksual kedua tokoh. Pendewasaan diri tokoh Maik dan Tschick dapat dilihat melalui perkembangan kepribadian dan perubahan pandangan hidup.
.....Teen films represent the transitional period of adolescents into adulthood which are full of doubts and anxiety. Goodbye Berlin is a teen film that shows the friendship between two teenagers with different cultural backgrounds. This film also shows their process of maturity
through the journey they took. This study aims to show the pluralism elements contained in the film and the film's strategy in showing Maik and Tschick's process of maturity. This study uses qualitative research methods and Ferdinand de Saussure's semiotic theory to analyze the differences between the two characters. The pluralism elements in the film is shown through five ways, namely through economic background, cultural background, personality, outlook on life and sexual orientation of the two characters. Maik and Tschick's process of maturity can be seen through their development of personalities and changes in life views.