Penggunaan antibiotik yang tidak tepat di masyarakat dapat menyebabkan peningkatan resistensi terhadap antibotik. Apotek merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan obat di komunitas. Oleh sebab itu, peraturan pemerintah membatasi penjualan antibiotik tanpa menggunakan resep kecuali obat-obat yang terdapat dalam daftar dalam obat wajib apotek (OWA). Metode crossectional quantitative dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan antibiotik tanpa resep yang dilakukan di apotek wilayah DKI Jakarta. Dari 190 responden apotek yang bersedia di interview, diketahui 15 apotek (9,7%) apotek tidak pernah melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak 44 apotek (23,6%) jarang melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak 60 apotek (31,6%) kadang-kadang melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, dan 71 apotek (36,3 %) sering/ selalu melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep. Dari faktor-faktor yang banyak sedikitnya pelayanan resep, sikap, usia, kepemilikan apotek, sarana dan jumlah apoteker pendamping memiliki hubungan yang bermakna dengan apotek melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep di apotek wilayah DKI Jakarta. masa kerja, pengetahuan, motivasi, pengawasan, pelatihan, dan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan apotek melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep di apotek wilayah DKI Jakarta. Sikap merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pelayanan antibiotik tanpa resep wilayah DKI Jakarta.
The use of antibiotics in the community can lead to increase resistance to antibotic. Pharmacy is one of the health facilities that provide drugs in the community. Therefore, government regulations restrict antibiotics services without prescription unless the drugs contained in the list of Obat Wajib Apotek (OWA). Observational quantitative method with cross sectional study design was conducted to determine the level of antibiotics services without prescription in DKI Jakarta. Among 190 respondents who want to be interviewed, 15 pharmacies (9.7%) was never doing the service of antibiotics without prescription, 44 pharmacies (23.6%) rarely doing antibiotics services without prescription, 60 pharmacies (31.6 %) sometimes doing antibiotics services without prescription, and 71 pharmacies (36.3%) frequently / always in doing antibiotics services without prescription. Factors significantly associated with antibotic services without a prescription is that many prescription service, attitude, age, ownership of pharmacies, facility, and the number of pharmacist assistants. Age is the most dominant variable related to the antibiotics services without prescription in DKI Jakarta.