Slash fiction bukan lagi menjadi fenomena baru di dunia fandom. Hingga saat ini, mayoritas produksi serta
konsumsinya masih didominasi oleh perempuan. Slash fiction banyak ditemukan tersebar di internet, dan Twitter
telah menjadi salah satu pilihan penggemar untuk mengakses slash fiction karena tidak membutuhkan rentang
perhatian yang tinggi. Tulisan ini merupakan studi kualitatif dengan metode netnografi dan analisis tematik untuk
mengeksplorasi bentuk textual poaching kekuasaan penggemar perempuan dalam memproduksi kembali teks
menjadi slash fiction pada fandom My Hero Academia di Twitter. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa
penggemar memiliki kuasa untuk menginterpretasikan karakter dalam narasi asli menjadi homoseksual, yang
kemudian menjadi landasan untuk menulis slash fiction. Lebih jauh lagi, kegiatan menulis slash fiction bagi
penggemar perempuan dapat berperan sebagai subversif terhadap budaya resmi yang ada serta menantang
dominasi heteronormatif karena kemampuannya untuk menciptakan dunia cerita sendiri.
Slash fiction is no longer a new phenomenon in the fandom world. Until now, women still dominate the majorityof the production and consumption of slash fiction. On the internet, Slash fiction is everywhere, and Twitter hasbecome one of the choices for fans to access slash fiction because it does not require a high attention span. Thispaper is a qualitative study using netnographic methods and thematic analysis to explore the form of textualpoaching of female fans' power in reproducing text into slash fiction in the My Hero Academia fandom on Twitter.The findings of this study show that fans can interpret the characters in the original narrative to be homosexual,which then becomes the basis for writing slash fiction. Furthermore, writing slash fiction for female fans issubversive to the existing official culture and challenge heteronormative domination because of fans' ability to create their own story world.