Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pharmaceuticalization pada obat pelangsing tubuh, khususnya menggali penggunaan, pemaknaan obat pelangsing tubuh dan pandangan konsumen perempuan mengenai tubuh ideal yang dilatarbelakangi oleh nilai dan norma mengenai tubuh sehat dan cantik. Berdasarkan hasil studi-studi sebelumnya, proses pharmateucalization terjadi akibat kerja sama antara industri farmasi, ekspektasi budaya dan peran media (Direct-ToConsumer-Advertising) mampu membangun informasi mengenai suatu penyakit serta pentingnya penggunaan obat-obatan. Kurangnya studi yang membahas pharmateucalization obat pelangsing herbal menjadi peluang peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai fenomena ini dari sudut pandang para konsumen. Peneliti berargumen bahwa proses pharmaceuticalization obat pelangsing secara mikro terjadi akibat adanya pencampuran dari standarisasi kecantikan, wacana industri medis, farmasi, dan iklan mengenai kegemukan sebagai penyakit yang perlu disembuhkan dengan menormalisasi penggunaan obat gaya hidup (lifestyle drugs). Hasil temuan data memperlihatkan bahwa proses pharmaceuticalization melibatkan banyak aktor seperti perusahaan farmasi, strategi pemasaran obat (DTCA, celebrity endorsement, self-diagnosis), perubahan peran pasien dan konsumen, media massa, wacana kesehatan, wacana kecantikan, dan bantuan agen pendukung lainnya yang melihat berat badan sebagai permasalahan yang perlu diselesaikan dengan penggunaan obat pelangsing herbal yang menjadi lifestyle drugs untuk meningkatkan kualitas hidup. Pada prosesnya, terdapat praktik penggunaan obat pelangsing yang dapat dibahas dari status konsumsi, durasi konsumsi, pola konsumsi, dan pengalaman konsumen terhadap obat pelangsing. Kemudian, obat pelangsing herbal dimaknai oleh perempuan sebagai obat yang memberikan ‘harapan palsu dan semu’ untuk meningkatkan kualitas hidup penggunannya dengan menurunkan dan atau menjaga berat badan. Tubuh ideal dimaknai sebagai tubuh yang langsing sesuai dengan wacana kecantikan yang justifikasi merupakan tubuh yang sehat.
This study aims to explain the pharmaceuticalization of slimming drugs, in particular, to explore the use and meaning of slimming drugs and the views of female consumers regarding the ideal body based on values and norms regarding a healthy and beautiful body. Based on the results of previous studies, the pharmateucalization process occurs as a result of cooperation between the pharmaceutical industry, cultural expectations, and the role of the media (Direct-To-ConsumerAdvertising) to build information about a disease and the importance of using drugs. The lack of studies discussing the pharmaceuticalization of herbal slimming drugs is an opportunity for researchers to dig deeper into this phenomenon from consumers point of view. The researcher argues that the pharmaceuticalization process of slimming drugs on a micro basis occurs due to the mixing of beauty standardization, medical industry discourse, pharmaceuticals, and advertisements regarding obesity as a disease that needs cured by normalizing the use of lifestyle drugs. The data findings show that the pharmaceuticalization process involves many actors such as pharmaceutical companies, drug marketing strategies (DTCA, celebrity endorsement, selfdiagnosis), changing roles of patients and consumers, mass media, health discourse, beauty discourse, and the help of other supporting agents who see the weight is a problem that needs to be solved by using herbal slimming drugs which are lifestyle drugs to improve the quality of life. In the process, there is a practice of using slimming drugs that can be discussed from consumption status, duration of consumption, consumption patterns, and consumer experiences with slimming drugs. Then, herbal slimming drugs are interpreted by women as drugs that give 'false and false hopes' to improve the quality of life of their users by losing and or maintaining weight. The ideal body is defined as a slim body following the discourse of beauty which justifies a healthy body.