Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi anemia ibu hamil yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain. Padahal anemia pada ibu hamil menyumbang 40% penyebab kematian ibu yang tinggi di Indonesia, selain itu juga berdampak pada pertumbuhan janin yang terhambat, meningkatkan risiko BBLR dan bayi lahir prematur, serta mengakari stunting dan anemia dini. Salah satu cara yang direkomendasikan oleh WHO untuk mencegah anemia pada ibu hamil adalah melakukan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) oral setiap hari sebagai bagian dari perawatan antenatal pada ibu hamil. Kemenkes (2015) menganjurkan untuk ibu hamil mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan sebagai bentuk pencegahan anemia. Berdasarkan survei SDKI 2017, provinsi dengan tingkat konsumsi TTD terendah adalah Provinsi Sulawesi Tenggara (14%) disusul dengan Provinsi Sumatera Utara (15%). Pada hasil riset SDKI 2012 sebelumnya Provinsi Sumatera Utara juga berada di posisi 4 terendah konsumsi TTD ibu hamil sesuai anjuran, dengan persentase 8,7%. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi TTD. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan data yang diambil adalah data sekunder SDKI 2017 di Provinsi Sumatera Utara dengan sampel sebanyak 464 orang. Variabel dalam penelitian adalah: umur, pekerjaan, pendidikan, wilayah tempat tinggal, paritas, jarak antar kelahiran, frekuensi ANC, jenis tenaga dan tempat pemeriksaan kehamilan, dan ketersediaan TTD di rumah. Hasil analisis univariat adalah ibu hamil di Sumatera Utara menunjukkan bahwa lebih banyak persentase ibu yang masuk dalam kelompok umur berisiko, memiliki pendidikan rendah dan menengah, dengan status bekerja, tinggal di perkotaan, memiliki riwayat paritas multipara, memiliki jarak antar kelahiran ≥24 bulan, frekuensi ANC ix Universitas Indonesia sesuai, nakes sebagai tenaga ANC, faskes sebagai tempat ANC dan memiliki ketersediaan TTD di rumah. Hasil dari penelitian bivariat menunjukkan tiga variabel terbukti secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan ibu mengonsumsi TTD yakni pendidikan (p=0,002, OR=2,153), paritas (p=0,020, OR=3,544) dan frekuensi ANC (p=0,001, OR=2,419). Sedangkan variabel yang tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara lain umur (p=0,444), pekerjaan (p=0,236), wilayah tempat tinggal (p=0,523), jarak antar kelahiran (p=0,968), tenaga ANC (p=0,517), tempat ANC (p=1,000) dan ketersediaan TTD di rumah (tidak dapat dianalisis). Saran bagi instansi terkait dapat melakukan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi rendahnya tingkat pendidikan wanita di Sumatera Utara, menggencarkan promosi dan informasi TTD di sosial media, menggencarkan penyuluhan dan edukasi mengenai KB, membuat program layanan tambahan mengenai TTD untuk ibu hamil dengan pendidikan rendah. Selain itu bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lebih baik dari segi pengujian data, metode dan sumber data.
Compared to other developing countries, Indonesia is one of the high prevalence countries with anemia among pregnant women. Whereas anemia in pregnant women causes 40% of high maternal mortality in Indonesia, it also impact on retarding fetal growth, increasing the risk of low birth weight and premature birth, as well as rooting stunting and early anemia. WHO recommends to prevent anemia in pregnant women by iron supplementation every day as part of antenatal care. Kemenkes RI (2015) recommends pregnant women to consume a minimum 90 tablets of iron supplement during pregnancy as a form of anemia prevention. Based on the IDHS 2017 survey, the province with the lowest level of iron consumption was Southeast Sulawesi (14%) followed by North Sumatra (15%). In the previous 2012 IDHS research results, North Sumatra was also in the 4th lowest position in the consumption of iron for pregnant women with 8.7%. Thus, the purpose of this study was to determine what factors influence the adherence to Iron Supplement consumption. This can be seen from several factors such as age, occupation, education, area of residence, parity, distance between births, frequency of ANC, type ANC workers, ANC place, and availability of iron tablets at home. This study uses a cross sectional design and using secondary data from the IDHS 2017 in North Sumatra with a sample of 464 people. The results of univariate analysis were pregnant women in North Sumatra showed that there was a higher percentage of mothers who belonged to the risk age group, had low and secondary education, working, lived in urban areas, multiparity parity, had a birth interval of 24 months, the frequency of ANC appropriate, health workers as ANC personnel, health facilities as ANC places and have the availability of iron tablets at home. The results of bivariat analysis showed that three variables were statistically proven to have a significant relationship with adherence of taking iron tablets among pregnant women, such as education (p=0.002, OR=2.153), parity (p=0.020, OR=3.544) and frequency of ANC (p=0.001, OR =2.419). xi Universitas Indonesia While the variables that did not show a significant relationship were age (p=0.444), occupation (p=0.236), area of residence (p=0.523), distance between births (p=0.968), ANC personnel (0.517), ANC location (p=1,000) and availability of iron at home (can not be analyzed). From this study there is some suggestions for the government can collaborate across sectors to overcome the low level of women's education in North Sumatra, intensify promotion and information on iron tablets on social media, intensify counseling and education about family planning, create additional service programs regarding iron tablets for pregnant women with low education. In addition, other researchers can do better research in terms of testing data, methods and data sources.