Pandemi COVID-19 berdampak besar pada perekonomian dunia dengan membatasi aktivitas ekonomi, termasuk harga saham. Artikel ini mengkaji dampak volatilitas spillover di tengah pandemi COVID-19 juga pada masa pemulihan awal dari krisis dengan menggunakan data indeks harga saham dari China, AS, dan ASEAN: Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model BEKK-GARCH untuk melihat pengaruh volatilitas antar negara. Dalam uji korelasi, peneliti menemukan bahwa pada periode pasca-krisis yang disebabkan oleh COVID-19, korelasi antara AS dan ASEAN meningkat, sedangkan terhadap China dan ASEAN menurun, dan hubungan antara negara-negara ASEAN juga menurun setelah periode krisis. Dari pemodelan VAR, ditemukan bahwa S&P500 pada periode pasca krisis mengalami penurunan nilai transmisi ke ASEAN. Berbeda dengan SSE yang justru mengalami peningkatan nilai transmisi ke ASEAN pasca krisis. Pada hasil pemodelan BEKK-GARCH, ditemukan bahwa volatilitas yang terjadi di pasar saham Amerika Serikat menjadi tidak memiliki pengaruh pada tiap negara yang tergabung dalam ASEAN pada masa post crisis. Berbeda sedikit dengan Amerika Serikat, China juga mengalami penurunan transmisi volatilitas terhadap ASEAN, namun pada beberapa negara seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, China mengalami kenaikan nilai transmisi volatilitas. Sedangkan kepada Indonesia dan Filipina, China menjadi tidak memiliki efek volatililitas setelah krisis terjadi.
The COVID-19 pandemic had a major impact on the world economy by restricting economic activity, including stock prices. This article examines effects of volatility spillover in the midst of the COVID-19 also at the early recovery period from the crisis using stock price index data from China, US, and ASEAN: Indonesia, Malaysia, Singapore, Philippines, and Thailand. The research was conducted using the BEKK-GARCH model to see the effect of volatility between countries. In the correlation test, we found that in the post-crisis period caused by COVID-19, the correlation between the US and ASEAN increased, while against China and ASEAN it decreased, and relations between ASEAN countries also decreased after the crisis period. From the VAR modeling, it was found that the S&P500 during the post-crisis period experienced a decrease in the value of transmission to ASEAN. In contrast to the SSE, which actually experienced an increase in the value of transmission to ASEAN in the post-crisis. In the BEKK-GARCH modeling results, it was found that volatility that occurred in the United States stock market had no effect on each country that was part of ASEAN during the post-crisis period. Slightly different from the United States, China also experienced a decrease in volatility spillovers to ASEAN, but in several countries such as Thailand, Malaysia, and Singapore, China experienced an increase in the value of volatility spillovers. As for Indonesia and the Philippines, China had no volatility effects after the crisis occurred.