Latar belakang: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah yang kronik di Indonesia dan khususnya di kota Depok menunjukkan pola menaik setiap tahun. Kejadian demam berdarah dengue dipengaruhi oleh perubahan iklim yang meningkatkan risiko penularan dan mempengaruhi pola penyebaran infeksi, termasuk curah hujan, yang merupakan suatu fenomena tahunan di Indonesia. Belum terdapat penelitian terbaru mengenai hubungan faktor iklim dengan angka kejadian demam berdarah dengue terutama di masa pandemi covid-19 sehingga penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi antara curah hujan dengan angka kejadian demam berdarah dengue di kota Depok tahun 2018-2020.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional yaitu studi ekologi kedokteran. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Angka kejadian demam berdarah dengue di Kota Depok tahun 2018-2020 menunjukkan tren meningkat dengan median 80.0 kejadian. Pola curah hujan di Kota Depok tahun 2018-2020 memiliki rata-rata 221,76 mm dengan tren meningkat pada bulan Oktober hingga Maret. Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat korelasi lemah positif (r=0,20) yang tidak signifikan (p=0,24) antara curah hujan dengan angka kejadian demam berdarah dengue di Kota Depok pada tahun 2018-2020. Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada analisis yang dilakukan pada masing-masing tahun. Namun terdapat tren meningkat pada tahun 2018 dan 2019, serta tren menurun pada tahun 2020.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara curah hujan dengan angka kejadian demam berdarah dengue di Kota Depok pada periode 2018 hingga 2020.
Introduction: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the chronic problems in Indonesia and especially in the city of Depok, which shows an increasing pattern every year. The incidence of dengue hemorrhagic fever is influenced by climate change which increases the risk of transmission and affects the pattern of spread of infection, including rainfall, which is an annual phenomenon in Indonesia. There has been no recent research on the relationship between climate factors and the incidence of dengue hemorrhagic fever, especially during the covid-19 pandemic, so this study was conducted to see the correlation between rainfall and the incidence of dengue hemorrhagic fever in the city of Depok in 2018-2020. Method: This research is a quantitative study with an observational method, also named the study of medical ecology. The sampling technique used in this research is total sampling. The data obtained in this study is secondary data from Dinas Kesehatan Kota Depok and Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Data analysis in this study used the Pearson correlation test and the Spearman correlation test. Result: The incidence of dengue hemorrhagic fever in Depok City in 2018-2020 showed an increasing trend with a median of 80,0 events. The rainfall pattern in Depok City in 2018-2020 has an average of 221,76 mm with an increasing trend from October to March. The analysis results stated that there was a weak positive correlation (r=0.20) which was not significant (p=0,24) between rainfall and the incidence of dengue hemorrhagic fever in Depok City in 2018-2020. There is no significant relationship in the analysis conducted in each year. However, there was an increasing trend in 2018 and 2019, as well as a downward trend in 2020. Conclusion: There is no significant relationship between rainfall and the incidence of dengue hemorrhagic fever in Depok City in the period 2018 to 2020.