Investasi pada umumnya dilatarbelakangi motif untuk menciptakan kekayaan untuk diambil manfaatnya dikemudian hari. Dewasa ini, pasar investasi baik pasar saham maupun investasi lainnya telah berkembang pesat berkat kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi. Generasi Y pada umumnya dijuluki digital native yang memiliki karakter bergantung pada dunia digital serta terhubung dalam dunia virtual melalui media sosial. Di tengah berkembangnya volume investasi di kalangan Generasi Y, terdapat bahaya mengintai seperti praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat dari para pemain besar yang dapat merugikan, khususnya investor baru. Ketidakmampuan melakukan seleksi informasi, kurangnya pengalaman, dan sifat cenderung mendengarkan masukan pihak luar dapat menjadi penyebab ketidakberlanjutan investasi para investor Generasi Y. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap determinan intensi berinvestasi pada instrumen investasi berisiko tinggi di kalangan Generasi Y. Sebuah model regresi linier berganda dengan variabel bebas kecerdasan emosi, preferensi risiko, religiositas, locus of control, norma subjektif, dan literasi keuangan diajukan untuk menjelaskan intensi berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 47 pertanyaan dan disebarkan secara daring. Menggunakan metode purposive sampling, sebanyak 421 responden mengisi lengkap kuesioner tersebut. Hasil analisis regresi linier mengungkap bahwa religiositas berpengaruh signifikan negatif pada intensi berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi. Kelima variabel bebas lainnya berpengaruh signifikan positif pada intensi investor Generasi Y untuk berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi penentu kebijakan, praktisi dunia investasi agar dapat membuat kebijakan yang mendukung keberlangsungan investasi dan pengembangan edukasi agar potensi investasi kalangan Generasi Y dapat lebih ditingkatkan
Investment is generally motivated to create more wealth. Nowadays, capital markets and investment instrumens have developed rapidly due to the advancement of information technology and digitalization. As a digital native, investors from Generation Y, especially newcomers, are vulnerable to major capital market players' irresponsible and illicit practices. Generation Y is characterized by their dependency on the digital world and connectedness through social media; the abundance of information and external parties' influence might affect Generation Y's investment decision. Some of the decisions might be irrational and could lead to ineffective investment decisions. Therefore, it is essential to reveal the determinants of risky investment decisions to understand how Generation Y in Indonesia behave when facing risky investment choices and what factors motivate them. An online questionnaire comprising 47 questions was used to collect the data regarding Generation Y's perception of their risky investment intention and the factors that may influence it. A purposive sampling method was used to determine the targeted respondent. Run for two months, 421 respondents completed the questionnaire. A multiple regression model was developed to estimate the influence of emotional intelligence, risk preference, locus of control, religiosity, subjective norms, and financial literacy are proposed to explain Indonesian Generation Y’s risky investment intention. The result shows us that of all determinants, religiosity has a negative and significant influence on risky investment intention. The remainder have positive and significant ijfluence to risky investment intention among Generation Y in Indonesia. It is expected that the results of this research would provide a new point of view and inputs to the government as the regulating body and capital market authorities to protect new investors from losing wealth due to irresponsible and illicit trading strategies. Thus, the growth of Generation Y investors could be sustained.