UI - Tugas Akhir :: Kembali

UI - Tugas Akhir :: Kembali

Efektivitas tindakan satu sesi akupunktur tanam benang polydioxanone dibandingkan dengan enam sesi akupunktur manual terhadap pengurangan kerut nasolabial = Comparison of Single Session Polydioxanone Thread Embedding Acupuncture and Six Sessions Manual Acupuncture for Nasolabial Fold Reduction

Yolanda Teja; Sri Wahdini, supervisor; Ahmad Aulia Jusuf, supervisor; Christina Lanny Simadibrata, examiner; Irma Nareswari, examiner (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022)

 Abstrak

Latar belakang: Seiring bertambahnya usia, kerut nasolabial (nasolabial fold /NLF) merupakan salah satu area wajah yang menjadi prioritas untuk dikoreksi. Diperlukan modalitas peremajaan wajah yang efektif dengan sesi terapi minimal untuk mengurangi jumlah kunjungan, salah satunya adalah akupunktur tanam benang (thread embedding acupuncture/TEA) Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas satu sesi TEA dibanding dengan 6 sesi terapi manual akupunktur (MA) untuk mengurangi NLF. Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal dilakukan pada total 30 wanita yang memenuhi kriteria inklusi. Peserta penelitian dialokasikan dalam 2 kelompok yaitu kelompok TEA yang mendapat 1 sesi terapi dan MA yang mendapat 6 sesi terapi. Dilakukan pengukuran panjang NLF menggunakan caliper vernier, skala Wrinkle Severity Rating Scale (WSRS) dan penilaian kepuasan hasil terapi menggunakan skala visual analogue scale (VAS). Pengukuran dilakukan pada saat sebelum memulai terapi, setelah menyelesaikan terapi, follow- up (FU) minggu ke-2 dan 4. Data diolah menggunakan SPSS 2.0 Hasil: Perbandingan perbedaan rerata luaran antara kelompok TEA dan MA pada saat menyelesaikan terapi menunjukkan hasil perbaikan yang bermakna pada perubahan panjang NLF (Uji T Tidak Berpasangan, p <0,001), WSRS (Uji Mann Whitney, p <0,001), dan kepuasan (Uji T Tidak Berpasangan, p <0,001). Pada FU minggu kedua, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok berdasarkan pengukuran panjang NLF (Uji T Tidak Berpasangan, p 0,170), dan kepuasan (Uji T Tidak Berpasangan, p 0,991), serta perbedaan bermakna pada WSRS (Uji Mann Whitney, p 0,018). Pada FU minggu keempat, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok berdasarkan pengukuran panjang NLF (Uji T Tidak Berpasangan, p 0,079), WSRS (Uji Mann Whitney, p 0,082), dan perbedaan yang bermakna pada kelompok TEA pada skor kepuasan (Uji Mann Whitney, p 0,036). Kesimpulan: Perbaikan NLF pada TEA semakin baik dari waktu ke waktu, sementara MA menunjukkan perbaikan paling tinggi pada saat tepat setelah menyelesaikan terapi. Pada FU minggu ke 4 didapatkan hasil yang sama baik pada kedua kelompok untuk perbaikan panjang NLF dan WSRS. Namun demikian, nilai kepuasan kelompok TEA pada FU minggu ke 4 memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding MA. Selain itu, TEA memiliki keunggulan hanya memerlukan 1 sesi terapi sehingga dapat meminimalisir sesi kunjungan.

Background: As we age, the nasolabial fold (NLF) become one of the areas of the face as a priority for correction. An effective facial rejuvenation modality such thread embedding acupuncture (TEA) is needed with minimal therapy sessions to reduce visit numbers. This study was conducted to see the effectiveness of one session of TEA compared to 6 sessions of manual acupuncture (MA) to reduce NLF . Methods: A single-blind randomized controlled clinical trial was conducted on a total of 30 women who met the inclusion criteria. Participants were allocated into 2 groups: TEA group with single session of therapy, and MA group with 6 sessions of therapy. The outcomes of the study were the length of NLF measured by vernier caliper, WSRS scale and satisfaction score using visual analogue scale (VAS). Measurement was carried out before starting therapy, right after completing therapy, 2 weeks and 4 weeks of follow-up (FU). Data processed using SPSS 20.0 Result: Comparison of the mean difference in outcomes between the TEA and MA groups at the time of completion of therapy showed significant improvements in changes of NLF length (Independent T-Test, p <0.001), WSRS (Mann Whitney test p <0.001), and satisfaction (Independent T-Test, p <0.001). In the second week of FU, there was no significant difference between groups based on the measurement of NLF length (Independent T-Test, p 0.170), and satisfaction (Independent T-Test, p: 0.991), and a significant difference in WSRS (Mann Whitney test, p 0.018). At the fourth week of FU, there was no significant difference between the two groups based on the measurement of the length of the NLF (Independent T-Test, p 0.079), WSRS (Mann Whitney test, p 0.082), and a significant difference in the TEA group in satisfaction scores (Mann Whitney test, p 0.036). Conclusion: The improvement of TEA group in NLF reduction showed a pattern of getting better from time to time, while MA group showed the best improvement at the time after completing therapy. At the fourth week of FU, the results for improvement in the length of NLF and WSRS were same in both groups. However, the satisfaction score of TEA group at fourth week of FU has higher value than the MA. In addition, TEA only requires 1 session so that it is expected to be able to minimize sessions

 File Digital: 1

Shelf
 SP-Yolanda Teja.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tugas Akhir
No. Panggil : SP-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xvi, 116 pages : illustration + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
SP-pdf 16-23-39314181 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20524011
Cover