Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menjelaskan brand community yang terbentuk melalui media sosial (Instagram dan Twitter) grup musik/musisi indie asal Jatinangor, The Panturas dan bagaimana mereka menjalankan brand engagement. Dengan berkembangnya industri musik di era digital, kesempatan untuk musisi menjadi lebih dekat dengan komunitas pendengar musik mereka semakin mudah. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana brand community tersebut dapat dibentuk dari perspektif musisi itu sendiri, apa yang mereka alami, dan juga bagaimana mereka berinteraksi dengan audiens untuk membentuk komunitas tersebut. Selain itu, peneliti ingin melihat korelasi antara brand engagement dengan brand community yang terbentuk. Dengan mewawancarai pihak grup musik independen, The Panturas dimana mereka mempunyai brand community yang cukup besar dengan engangement yang kuat, peneliti dapat melihat bagaimana mereka memanfaatkan platform media sosial mereka dalam membentuk kedua hal tersebut.
This research aims to explore and explain the brand community that is formed through social media (Instagram and Twitter) of a Jatinangor based independent band, The Panturas along with how they maintain a strong brand engagement. With the development of the music industry in this digital era, the opportunity for musicians to get closer to their fan community is easier than ever. This research wants to know how the brand community can be formed from the perspective of the musicians themselves, what they experience and also how they interact with the audience to form the community. The researcher also wants to examine the correlation of how brand engagement can affect its brand community. By interviewing the independent music group, The Panturas who has a big brand community following and strong brand engagement, the researcher can understand how they use the social media platforms they have to their advantage in forming the two.