Banyak buku yang lahir dari pengalaman sederhana, sepele, dan tidak terencana, tapi akhirnya jadi best seller. ?blink? ini salah satunya.
Di halaman 313, Malcolm Gladwell menceritakan pengalamannya sebelum dia memutuskan menulis ?blink?. Malcolm, adalah lelaki konservatif, yang selalu memelihara penampilan, khususnya rambut dengan rapi. Dia rajin memangkas rambutnya jika sudah mulai memanjang.
Entah kenapa, kala itu dia memanjangkan rambutnya, membiarkannya tumbuh liar, bak anak remaja. Siapa sangka, keputusan soal rambut itu membuat hidupnya berubah. Dia mulai sering ditilang dengan tuduhan berkendara terlalu cepat, sebelumnya tidak pernah. Dia juga mulai mendapat perhatian polisi secara khusus ketika berada di bandara. Paling apes, dia disergap tiga orang polisi di kawasan bisnis Manhattan. Alasannya? Malcolm mirip sekali dengan pemerkosa yang sedang menjadi buron. Jelas saja polisi salah, karena setelah diselidiki, yang mirip sebetulnya hanya rambutnya.
Malcolm segera menyadari, betapa dahsyat kekuatan ?kesan pertama?. Kesadaran itu mengantarnya ke ?blink?. Buku ini berkisah tentang dua detik pertama yang sangat menentukan ketika kita mengamati sesuatu. Menurut Malcolm, kesan sekejap mata itu muncul dari ?komputer internal? otak manusia atau yang kita kenal dengan ?alam bawah sadar?. Kesan ini seringkali sangat efektif membuat keputusan tepat dan akurat. Inilah yang disebut Malcolm ?kemampuan berpikir tanpa berpikir?.
Buku ini memberi banyak contoh kasus betapa hebatnya snap judgement dan thin slicing. Banyak orang-orang yang pandai mengambil keputusan yang tepat hanya dengan mengandalkan snap judgement. Mereka lebih suka melatih diri untuk menyempurnakan seni membuat cuplikan tipis (thin slicing) daripada memproses banyak informasi untuk sampai kepada suatu keputusan.
Kalau aku bilang, sederhananya begini: jangan abaikan hati nurani...:)
-----------------------------
Risensi oleh: Dra. Kalarensi Naibaho, S.Hum.