Study Case For Control of The Use of Health Service By BTA Lung Tuberculosis Sufferers at Kapuas Hulu Regency Community Health Centers in The Year of 2000.
Up to now, lung tuberculosis (Tb) is a major community health problem. It is estimated that one third of the world population are the victims of the disease. Most of them (95 %) come from the developing countries. The low discovery of lung Tb sufferers (33%) has caused the disease transmission chain very difficult to broken causing approximately 8 millions of the world population to suffer from the disease, and 3 millions of them die each year. Indonesia is one of the developing countries with approximately 450,000 Tb cases (prevalence rate 0.22 %) and 175,000 Tb death each year, making is the third largest Tb contributor in the world.
Kapuas Hulu Regency (West Kalimantan Province) has 200,000 population. Although DOTS Strategy has been implemented gradually in the area since 1996 and adopted by all of the community health centers since 1999, there are only 33 % of estimated Tb cases can be discovered. This condition reflecting the phenomenon of community behavior towards the use of health service facility, especially the community health centers at Kapuas Hulu Regency. Thus, it induces questions about factors affecting the use of health service at the community health center by lung Tb patients.
In identifying the problem, since there are many factors affecting the use of community health center, this research used case control design with Green Theory approach (1980). Cases in this research were the BTA (+) lung Tb sufferers who were encountered through field survey during the research. While controls consisted of BTA (+) lung Tb sufferers who were listed in the Tb registry of the health centers.
Bipartite analysis shows that variables related to the use of health service in community health center are education with Odds Ratio 1.91, knowledge with OR 2.16, cost with OR 2.30, distance with OR 2.24, Transportation facility with OR 8.10, Health information OR 2.46, and service by health person with OR 2.41.
Multivariate analysis with logistic regression shows that variables related to the use of community health center by the BTA (+) lung Tb patients based on the contribution of transportation facility, knowledge, and health information, with its logistic equation : fog it (use of health service) - 2.876 + 2.547 (transportation) + 1.180 (knowledge) + 1.083 (health information).
In conclusion, knowledge, education, cost, transportation facility, distance. health information and service by health person can affect the behavior of lung Tb suffers in utilizing health service facility at the community health center. Above all, the availability of transportation facility is the most dominant factor.
Result from the study recommend that the community health centers and regency health service need to increase the frequency of health education regarding lung Tb to the community, using more understandable and simple methods. The regency government is advised to build facilities to increase community access to the health service. Health service approaching to the community is the easiest way to do for the community health center.
Library : 23 (1979-1999).
Penyakit tuberkulosis paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi penyakit tuberkolosis paru ini. Sebagian besar (95 %) dari penderita tersebut berada pada negara berkembang. Rendahnya penemuan penderita Tb paru (33%) membuat rantai penularan semakin sulit diputuskan, sehingga diperkirakan terdapat 9 juta penduduk dunia diserang Tb paru dengan kematian 3 juta orang pertahun. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, diperkirakan setiap tahunnya terjadi 583.000 kasus Tb (prevalence rate 0,22 %) dan 140 ribu meninggal setiap tahunnya, sehingga menyumbang Tb paru terbesar ketiga.
Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak pada Propinsi Kalimantan Barat dengan penduduk lebih kurang 200.000 jiwa, baru dapat menemukan penderita Tb paru sekitar 33 %, walaupun sejak tahun 1996 strategi DOTS sudah digunakan secara bertahap dan tahun 1999 seluruh puskesmas sudah mengadopsinya.
Rendahnya penemuan penderita Tb paru ini merupakan gambaran fenomena perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan khususnya puskesmas di Kabupaten Kapuas Hulu. Oleh karena itu menjadi pertanyaan faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penderita Tb paru di puskesmas.
Untuk mengidentifikasi hal tersebut, penelitian ini menggunakan disain kasus kontrol dengan pendekatan teori Green (1984), mengingat bahwa banyak faktor - faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penderita Tb paru di puskesmas. Kasus dalam penelitian ini adalah penderita Tb paru BTA (+) yang ditemukan melalui survei lapangan pada saat penelitian dilakukan. Sedangkan kontrol adalah pcnderita Tb paru BTA (+) yang ditemukan dalam register pengobatan Tb paru jangka pendek.
Analisis bivariat menunjukkan bahwa variahel yang herhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah pendidikan dengan Odds Rasio (OR) 1,91 , pengetahuan dengan OR 2,16 , biaya dengan OR 2,30 , jarak dengan OR 2,24 , sarana transportasi dengan OR 8,10 , penyuluhan dengan OR 2,46 , dan pelayanan petugas dengan OR 2,41.
Analisis multivariat dengan regresi logistik mcnunjukkan bahwa variabel yang herhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penderita Tb paru BTA (+) di puskesmas berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah Sarana transportasi, pengetahuan, dan penyuluhan dengan model persamaan logistiknya : Logit (pemanfaatan pelayanan kesehatan) = - 2,876 + 2,547 (transportasi) + 1,180 (pengetahuan) + 1,083 (penyuluhan).
Sebagai kesimpulannya adalah faktor pengetahuan, pendidikan, biaya, transportasi, jarak, penyuluhan, dan pelayanan petugas dapat mempengaruhi perilaku penderita Tb paru dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan ketersediaan sarana transportasi merupakan faktor yang paling dominan.
Disarankan kepada puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang Tb paru kepada masyarakat dengan menggunakan metoda yang mudah dimengerti masyarakat. Juga kepada Pemerintah Daerah disarankan untuk membangun sarana dan prasarana yang memudahkan akses masyarakat kepada pelayanan kesehatan. Mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat merupakan alternatif yang paling mudah dilakukan oleh puskesmas.
Kepustakaan : 23 ( 1979 - 1999 )