Menurut WHO (1997), Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang. Kematian akibat ISPA, terutama pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari angka kematian total (11,1 juta). Di Indonesia ISPA merupakan penyebab utama kematian balita. Berdasarkan angka ekstrapolasi dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995, angka kematian balita pada akhir pelita V diperkirakan 6 per 1000 balita atau berkisar 150.000 balita pertahun (Depkes RI, 1995). Angka kematian balita pada tahun 1995 adalah 75 per 1000 kelahiran hidup dan 59 per 1000 kelahiran pada tahun 1997 (Profit Kesehatan Indonesia, 2000). Berdasarkan pemantauan disejumlah Puskesmas di Kabupaten Bogor diperoleh data bahwa pola penyakit terbanyak diamati menurut kelompok umur 1-4 tahun pada tahun 2000 yang tertinggi adalah ISPA (9,67%).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan parung dari bulan Januari - Februari 2002 diperoleh data bahwa ISPA merupakan urutan pertama dari 10 penyakit terbesar yaitu 243 balita dengan rincian 10,70% balita ISPA yang tergolong pneumonia dan 89,30% balita ISPA non pneumonia. Sedang data hasil survey mahasiswa keperawatan komunitas pada bulan Februari 2002 pada 12 RT yang menjadi sampel, diperoleh data dari 370 balita ditemukan 173 balita(46,75%) mengalami ISPA dan dari pola penyakit terbanyak sesuai survey tersebut, ISPA menduduki urutan pertama untuk semua golongan umur termasuk balita.
Keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan balita dengan ISPA sangat besar sehingga peran perawat komunitas sangat dibutuhkan untuk membina keluarga balita dengan ISPA. Perawat komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dapat berperan sebagai pendidik, koordinator, pelaksana, pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus dan modilikasi lingkungan (Friedman, 1998). Untuk melaksanakan semua peran tersebut dibutuhkan perawat yang mempunyai kemampuan yang bridal dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga balita dengan ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA di Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Bogor Jawa Barat.
Desain penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi seluruh keluarga balita di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Bogor yang sedang menderita ISPA pada waktu penelitian atau pernah menderita 1SPA 3 bulan terakhir. Sampel penelitian yang diambil adalah keluarga yang memiliki balita yang pernah menderita ISPA 3 bulan terakhir saat penelitian atau pada saat penelitian dilakukan terjaring sedang mengalami ISPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga balita usia 1-5 tahun pada saat pelaksanaan PIN pada 9 pos penimbangan, terjaring sebanyak 201 keluarga balita. Pengumpulan data dengan cara kunjungan rumah dan melakukan wawancara dengan keluarga balita yang terjaring menderita ISPA dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan yang dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2002. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik sederhana.
Hasil penelitian pada analisis univariat menggambarkan bahwa dari karakteristik sosioekonomi yaitu pendidikan sebagian besar berpendidikan tamat SD (62,2%), tidak bekerja (75,6%), penghasilan keluarga lebih dari seratus ribu (60,7%), pengetahuan keluarga tentang pencegahan masih sangat kurang (71.64%), sikap keluarga dalam merawat balita ISPA positif (50,7%) dan perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA (52,74%) tergolong baik. Berdasarkan uji kai kuadrat didapatkan ada hubungan bermakna antara penghasilan, pengetahuan dan sikap terhadap perilaku dalam merawat balita dengan ISPA. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik didapatkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA.
Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk meningkatkan sumber daya perawat yang memberikan asuhan keperawatan komunitas melalui pelatihan atau pendidikan tinggi keperawatan baik D. III keperawatan atau S1 keperawatan. Bagi Puskesmas agar menyusun program secara terpadu, meningkatkan kunjungan rumah yang terencana, memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, serta meningkatkan kemampuan perawat dalam membuat media sederhana yang mudah dipahami dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan keluarga.
Analysis Factors which Related to Family Behavior in Caring Children with Acute Respiratory Infection (ARI) within Community nursing services context in Waru Jaya Village, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor West Java, Year 2002"Regarding WHO (I997), Acur Respiratory Infection (ARI) is a mayor health problem in developing countries. Death caused by ARI, especially pneumonia is 13,5% (1,5 million) from total mortality rate (11,1 million). ARI in Indonesia also become the primary cause of children mortality. Based on house hold survey data in 1995, children mortality at the 5 th five years development was about 6 in 1000 children under five or about 150.000 children under five in a years (Depkesehatan RI, 1995). Children mortality rate in 1995 was 75 per 1000 birth and 59 per 1000 birth in 1997 (Indonesia Health Profile, 2000). Based on monitoring some Community Health Center in Bogor, it was found that ARI (9,67%) was the mayor disease in the age of 1-4 years at 2000. Regarding data from Parung Community Health Center, ARI is the firs level of the 10 biggest disease. From 243 children under five years, which consists of I0,70% children with pneumonia and 89,30 % children with non pneumonia. From the community nursing student specialis survey result in February 2002 at 12 house hold, it was found 370 children under five years and 173 from 370 (46,75%) have ARI. ART also become the first level disease from whole age groups in the life span. Family involvement in caring children with ARI is significant therefore community nurses are really needed to help the family of children with ARI. The community nurses can demonstrate role as educator, coordinator, carer, health supervisor, consultan, collaborator, facilitator, case finder, and enviroment modifier (Friedman, 1998). In implenting those roles, the compotent nurses are needed in giving care for the family of children with ARI. This study purpose to identify factors which related to family behavior incaring children under five years with ARI in Waru Jaya village, Kecamatan Parung Bogor West Java. Design of this study used analytic survey method using cross sectional approach with total population sampling. The sample are all family who have children with ARI at the time of study or ever have ART in the last 3 months. Based on the interview result at National Immunization week at 9 centre, there were 201 family who included in the samples criteria. Data was collected by home visiting and interviewing during September to October 2002, Data was analyzed by chi square and logistic regression. The study result on univariat analysis demonstrate that socioeconomic characteristic: mostly finished primary school (67,7%), un employed (75,6%), family income less than Rp.100.000 (60,7%), family knowledge about ARI prevention is limited (71,64%), positive family in caring shildren with ARI (50,7%) and family behavior in caring balita with MU (52,74%) is good. There was also find a significant relationship between in come, knowledge and attitude toward family behavior in caring children with ARI. This study results are recommended to Kabupaten Health Council Bogor to increase nurses resource who will give nursing care through training or high nursing education at D.III program or bachelor degree. For Health Center, it is advised to create integrated program which increase planned home visit anggiving nursing care to the family and the community using nursing process approach, and increase nurses ability in developing simple tools for health education.