Penelitian ini dilakukan di wilayah Pasar Mayestik Jakarta Selatan dan dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdiri dari para kaum pedagang yang berasal dari berbagai multietnik yang mana sehari-harinya mereka sering melakukan kontak budaya dan telah lama berjualan secara turun-temurun serta dapat hidup berdampingan secara damai dengan pedagang lain yang berbeda budaya.
Penelitian ini berangkat dari permasalahan bagaimana tingkat kompetensi komunikasi antarbudaya kaum pedagang di Pasar Mayestik, yakni kaum pedagang yang berasal dari etnis Padang dan pedagang etnis Sunda dalam menjalani proses interaksi, dan bagaimana pengaruh budaya asli mampu mempengaruhi pengaktualisasian kompetensinya dalam menjalani aktifitas sehari-hari di Pasar Mayestik tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran secara mendalam bagaimana tingkat kemampuan atau kompetensi kaum pedagang Pasar Mayestik khususnya etnis Padang dan etnis Sunda dalam mengaktualisasikan perilaku komunikasi antarbudayanya dalam berinteraksi, dan bagaimana peran budaya asli sangat mampengaruhi perilaku komunikasinya.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan komunikasi antarbudaya dalam lingkup penelitian berupa ideographic yang mencari "a truth"(kebenaran) dari objek penelitian dan menggunakan metode kualitatf yang berupa studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang relevan dengan judul penelitian, menggunakan teknik wawancara, dan pengamatan dalam versi aliran interaksonisme. Adapun populasi penelitian ini adalah para informan pedagang yang berasal dari etnis yang mendominasi wilayah Pasar Mayestik yakni etnis Padang dan Sunda yang dipilih berdasarkan kriteria penilaian kualitas penelitian dan paradigma konstruktivistis, di mana tingkat kualitas kebenaran (validity) dan kepercayaan (reliability) penelitian ini menggunakan dasar kriteria "trustworthiness" (tingkat nilai kepercayaan) dan "authenticity' (keaslian).
Pada proses interaksi kaum pedagang etnis Padang dan pedagang etnis Sunda di Pasar Mayestik, terlihat suatu proses komunikasi antarbudaya yang cukup potensial. Meskipun dengan latar-belakang kultur yang berbeda dan dipengaruhi oleh faktor internal (motivasi, pengetahuan, dan keterampilan) dan faktor eksternal (Situasi lingkungan, posisi tempat berdagang, dan jenis barang dagangan), namun mereka mampu mengaktualisasikan kompetensi komunikasi antarbudayanya secara efektif (effectiveness) dan layak (appropriateness) sehingga mampu secara berdampingan hidup rukun dan damai dalam menciptakan hubungan sosial antar sesama pedagang lainnya hingga dalam kurun waktu yang cukup lama.
Dengan mengaktualisasikan kompetensi komunikasi antarbudaya yang mereka miliki baik itu dari segi tie affective process, the cognitive process, dan the behavioral process, maka secara tidak langsung mereka telah mampu mereduksi hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan yang timbul dari hasil hubungan interaksi yang terjadi antar sesama pedangang dengan secara baik pula.
Dan dengan kompetensi komunikasi antarbudaya tersebut mereka mampu memahami perbedaan-perbedaan yang muncul dan pertemuan berbagai kebiasaan dan perilaku yang mereka bawa dari kultur mereka masing-masing pada saat berinteraksi, dan kemudian menciptakan nuansa-nuansa baru dalam pola-pola komunikasi tertentu antar sesama mereka sehingga pola-pola tersebut dapat mereka pahami, akui, dan disepakati secara bersama-sama sehingga membentuk suatu keselarasan dalam berkomunikasi dalam menjalani aktifitas kehidupan interaksinya.
The research is performed in Pasar Mayestik area, a traditional market in South Jakarta. The merchants of Pasar Mayestik consist of multiethnic traders who have made daily cultural contact in merchandising activities for years. Although they come from different cultural background, the merchants have stayed side by side in the community. Beside to measure the competency level of intercultural of intercultural communication between the Padangnesse and Sundanesse merchants, this research is aimed to find out the impact of original culture in competency actualization. This is a descriptive research using intercultural communication approach in ideographic scope. Data gathering techniques case study chosen for the research are: interview and observation. The population of the research are the Pasar Mayestik merchants coming from dominant ethnics; Padangnesse and Sundanesse. These ethnics is selected based on validity and reability level using criterion "trustworthiness" and "authenticity". Intercultural communication between Padangnesse and Sundanesse merchants in Pasar Mayestik have been running effectively. The differences between these ethnics such as internal factors (motivation, knowledge, and skills) and external factors (environment, position, and merchandising goods) can be reduced significantly so that they can form an effective communication. By actualizing the competency of intercultural communication through the effective process, the cognitive process and the behavioral process, these merchants can prevent the potential conflict. Furthermore, they can create a unity in difersity among the merchants come from various culture in Indonesia.