Risiko kerugian yang disebabkan oleh kebakaran sudah tidak dapat dipandang ringan lagi saat ini. Disamping kerugian moril, material, bahkan jiwa juga mengakibatkan terkendala bahkan terhentinya proses produksi maupun kerusakan lingkungan sekitar kebakaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebakaran DKl Jakarta, kebakaran yang terjadi di 1bukota 10 tahun belakangan ini mengalami kenaikan yang cukup tajam. Penyebabnya beragam, dan sebagian besar kehancuran itu menimpa bangunan konstruksi.
Banyak faktor pendukung penyebab kebakaran pada bangunan, khususnya bangunan tinggi di DKI Jakarta. Sehingga dapat dikatakan hampir semua pemilik maupun pemakai bangunan gedung tinggi di DKI Jakarta telah mengasuransikan gedungnya.
Saat ini, penetapan premi asuransi kebakaran menjadi masalah yang rumit bagi pihak asuransi kebakaran karena begitu banyaknya faktor-faktor yang harus diperhitungkan yang sebahagian besar menggunakan penilaian secara kualitatif. Sehingga yang paling dibutuhkan oleh pihak asuransi khususnya kebakaran, adalah ketelitian dan pengalaman mereka dalam menetapkan premi asuransi.
Dari data survei risiko yang penulis peroleh, dapat diketahui faktor-faktor pendukung bangunan tinggi yang harus diperhatikan dalam melawan api.
Walaupun setiap asuransi dan pihak surveyor tidak memiliki acuan yang resmi untuk dijadikan sebagai bahan penilaian mereka di lapangan. Dengan menggunakan program statistik, diperoleh 3(tiga) variabel penentu yang diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar dalam melawan api. Diantara masing-masing komponen memberikan kontribusi sebagai berikut, 40,9% disebabkan oleh sistem struktur tiang, 22,2% disebabkan oleh struktur lantai, dan 22,4% disebabkan oleh PML(Probability Maximum Loss).