ABSTRAKRuang Lingkup dan Cara Penelitian :
Untuk mengetahui hubungan stresor kerja dengan gejala gangguan kesehatan jiwa, serta faktor risiko yang mempengaruhinya telah dilakukan penelitian Cross Sectional pada 410 orang karyawan di Urusan Pengawasan Perbankan sebuah bank di Jakarta. Instrumen yang digunakan ialah Kuesioner Diagnosis Sires untuk mengukur stresor kerja konflik peran, ketaksaan peran, beban kerja kualitatif, beban kerja kuantitatif, pengembangan karir, dan tanggung jawab terhadap orang lain dan Kuesioner Symptoms Check List 90 (SCL 90) untuk mengukur adanya gejala gangguan kesehatan jiwa atau psikopatologi. Kedua instrumen ini sudah divalidasi dan dinilai cukup akurat untuk digunakan pada orang Indonesia. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis bivariat, dilanjutkan dengan matrik korelasi dan linear multivariate regression.
Hasil dan Kesimpulan :
Didapatkan persentase tertinggi pada ke enam stresor kerja yaitu pada derajat stres sedang. Prevalensi gejala gangguan kesehatan jiwa pada populasi ini 27.5% ( lebih tinggi dibandingkan masyarakat umum perkotaan ). Keenam stresor kerja menunjukkan hubungan sangat bermakna dengan gejala gangguan kesehatan jiwa yang timbul, kecuali stresor kerja tanggung jawab terhadap orang lain untuk kelompok derajat stres tinggi. Kecendrungan untuk timbulnya gejala gangguan kesehatan jiwa berkisar 2.3 - 6.7 x lebih besar untuk kelompok derajat stres sedang dan 7.8 - 36.7 x lebih besar untuk kelompok derajat stres tinggi dibandingkan kelompok derajat stres rendah. Ke enam stresor kerja juga menunjukkan korelasi positif bermakna dengan gejala gangguan kesehatan jiwa dengan koefisien korelasi terendah pada stresor tanggung jawab terhadap orang lain (r = 0.30) dan tertinggi pada stresor kerja beban kerja berlebih kualitatif ( r = 053 ). Yang paling berperan terhadap timbulnya gejala gangguan jiwa yaitu stresor beban kerja kualitatif, dan yang terkecil perannya ialah stresor tanggung jawab terhadap orang lain. Juga didapat hasil bahwa masih ada faktor-faktor lain yang cukup berperan tetapi tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Adapun kumpulan gejala gangguan kesehatan jiwa yang menonjol pada populasi ini ialah somatisasi ( 46.3 % ), obsesi-kompulsi ( 45.6 %) dan psikotisisme ( 43.9%). Faktor sosio-demografi (umur, sex, pendidikan, status perkawinan, jabatan, dan lama bekerja ) tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap gejala gangguan kesehatan jiwa.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menyertakan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap timbulnya gejala gangguan kesehatan jiwa.
ABSTRACTThe Analysis of Work Stressors Correlated with Mental Disorder Symptoms Among Bank Monitoring Department Employees of a Bank in JakartaThe Scope and Method of Study :
In order to study the relationship between work stressors and mental disorder symptoms together with the influencing risk factors, a cross sectional study has been done on 410 Bank Monitoring Department employees of a bank in Jakarta. The instruments used were Stress Diagnostic Questionnaire which measured the work stressors, i.e. role conflict, role ambiguity, work overload (both quantitative and qualitative), career development and personal responsibility and Symptom Check List 90 Questionnaire (SCL-90) to measure the existence of mental disorder symptoms or psychopathology. Both instruments have been validated and regarded to be accurate enough to be applied on Indonesian people. Collected data have been analyzed using bivariate analysis, continued with correlation matrix and linear multivariate regression.
Results and Conclusion :
The highest percentage found in the six work stressors is on moderate stress level. The prevalence of mental disorder symptoms in this population is 27.5% ( higher compared to most people in urban cities ). There are significantly relationship between the six work stressors and mental disorder symptoms, except for the personal responsibility stressor for the high level stress group. The tendency of mental disorder symptoms occurrence was 2.3 - 6.7 X higher for the moderate stress level group and 7.8 - 36.7 X higher for high Ievel stress group compared with low level stress group. The six work stressors also show a significantly positive correlation with mental disorder symptoms and the lowest correlation coefficient on personal responsibility stressor ( r = 0.30 ), the highest on qualitative work overload stressor ( r = 0.53 ). Among the six stressors, the most dominant in causing mental disorder symptoms is qualitative work overload stressor and the least dominant is personal responsibility. There are other important influencing variables but not included in this research.
The dominant mental disorder symptoms in this population are somatisation ( 46.3% ), obsessi-kompulsive ( 45.6% ) and psychotisism ( 43.9% ). There are no significantly relationship between socio-demography factors ( age, sex, education, marital status, title and number of years in the job) and mental disorder symptoms.
A further research will have to be conducted by including the other mental disorder influencing factors.