Infeksi Saluran Pernapasan Akut alau ISPA mengakibatkan sekitar 4 juta kematian bayi dan balita di negara berkembang. Di Indonesia penyakit ISPA, khususnya pneumonia mcngakibatkan kematian sekitar 150.000 balita pertahun. begitu juga di Propinsi Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Donggala, dari seluruh penyakit penyebab kematian pada bayi dan anak balita, pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi, 44,9%, dan anak balita 39,13%.
Masih tingginva angka kematian karcna ISPA tersebut disebabkan masih rendahnya layanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas terutama upaya kuratif dan rehabilitatif yang kurang mendapat perhatian. Upaya peningkalan pelayanan kesehatan tidak akan tercapai apabila tatalaksana dari setiap kasus belum mengikuti standar baku yang ada, begitu pula dengan sarana pendukung yang belum memenuhi standar baku. Kualitas tatalaksana kasus ISPA pada dasarnya merupakan rangkaian tindakan yang ditentukan oleh ada tidaknya standar, sarana, tenaga terlatih dan program supervisi untuk melaksanakan standar program ISPA yang ada.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor petugas, sarana dan logistik, kemampuan menyampaikan pesan dan supervise dengan kualitas tatalaksana kasus bayi dan balita ISPA oleh petugas Puskesmas di Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2001.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 37 puskesmas sedangkan sampel penelitian adalah 20 puskesmas berdasarkan rumus penentuan besar sampel dengan derajat kepercayaan 5% dan derajat ketelitian 12%, kemudian dari 37 puskesmas diambil secara acak hingga tercapai 20 sampel. Unit analisis adalah petugas puskesmas yang menangani kasus ISPA pada bayi dan balita.
Data dikumpulkan dengan melakukan pengamalan terhadap petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus ISPA pada bayi dan balita yang datang ke Puskesmas dan melakukan wawancara terhadap petugas kesehatan dan ibu atau pengantar bayi dan balita. Analisis data menggunakan piranti lunak Program Stata.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 8,3% kuatitas tatalaksana kasus ISPA yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah baik. 5cdangkan dari hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan, pelatihan, waktu pelatihan, petugas terlatih, ketersediaan obat-ohatan, barang cetakan, kemampuan menyampaikan peran dan supervisi dengan kualitas tatalaksana kasus ISPA di Puskesmas Kabupaten Donggala.
Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan lama tugas berhubungan secara statistik dengan kualitas tatalaksana kasus ISPA yang dilakukan oleh petugas puskesmas di Kahupaten Donggala.
Dari hasil penelitian ini disarankan :
1) meningkatkan kualitas pelatihan dan menambah praktek pelatihan,
2) melaksanakan evaluasi pasca pelatihan secara intensif,
3) melaksanakan supervisi klinik setiap 3 bulan sekali,
4) mutasi petugas puskesmas minimal 5 tahun sekali baik lintas program maupun limas puskesmas.
Daftar Kepustakaan : 52 (1980 - 2000)