Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu jenis buah tropis yang mempunyai nilai komersial cukup tinggi dan peluang pasar yang prospektif di Indonesia, terutama di Sumatera Selatan. Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan mencatat bahwa pada tahun 1996 luas areal pertanaman Duku Komering adalah 1.448 Ha, dengan total produksi mencapai 31.891 ton, tetapi pada tahun 2001, luas areal pertanaman merosot menjadi 648 Ha (44,75%) dengan total produksi hanya 10.570 ton (35,43%). Upaya pelestarian Duku Komering oleh lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah serta masyarakat/petani belum optimal, karena itu dikhawatirkan pada suatu saat Duku Komering akan langka dan bahkan punah. Kepunahan Duku Komering berarti menghilangkan salah satu sumber plasma nutfah unggul dari keanekaragaman hayati Indonesia.
Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Menummmya kualitas dan kuantitas Duku Komering
2. Menurunnya minat masyarakatlpetani untuk menanam Duku Komering. Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui penyebab turunnya kualitas dan kuantitas Duku Komering.
b. Mengetahui penyebab menurunnya minat masyarakat/petani untuk menanam Duku Komering.
Penelitian dilakukan dengan metode survei. Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif analisis. Penelitian dilaksanakan bulan April-Agustus 2002. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Dari tiga kecamatan sampel, dipilih enam desa sampel. Di Kecamatan Cempaka: Desa Sukabumi dan Gunung Bata, di Kecamatan Muara Dua: Desa Ruos dan Gunung Cahya, dan di Kecamatan Tanjung Lubuk: Desa Tanjong Baru dan Desa Ulak Kapal. Jumlah sampel 60 orang petani duku dari 1.308 petani duku. Setiap desa dipilih 10 orang masyarakat/petani sampel dengan metode Random Sampling. Jumah sampel ditentukan dengan metode purposive Sampling. Parameter yang diarnati adalah kualitas dan kuantitas Duku Komering, jenis vegetasi yang terdapat di sekitar tanaman duku, iklim, sosial ekonomi masyarakatlpetani dan sifat fisik-kimia tanah daerah penelitian.
Penelitian ini menghasilkan dua karakter Duku Komering. Karakter pertama adalah Duku Komering yang sifat-sifat unggulnya mendominasi, yang meliputi: rasa yang manis, biji yang kecil dan jarang serta kulit buah yang tipis, terdapat pada daerah Kecamatan Cempaka dan Tanjung Lubuk. Karakter kedua adalah Duku Komering adalah rasa yang lebih asam, biji yang lebih besar dan lebih banyak, serta kulit buah yang lebih tebal, terdapat pada Kecamatan Muara Dua. Perbedaan mencolok hasil analisis tanah ini terlihat pada kadar kalium yang dapat dipertukarkan (K-dd), tekstur, dan kedalaman humus. Vegetasi pelindung tanaman Duku Komering dibutuhkan di Kecamatan Cempaka dan Tanjung Lubuk, tetapi tidak di Kecamatan Muara Dua. 67% responden menyatakan bahwa tanaman Duku Komering berbuah lebat jika dinaungi pohon durian dan 33% responden menyatakan bahwa tanaman Duku Komering tidak membutuhkan naungan. Pola monokultur Duku Komering telah menyebabkan perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian Duku Komering. 91% responden menyatakan kurang berminat untuk menanam kembali Duku Komering karena umur berbuah yang relatif lama. 82% responden menyatakan menanami bekas lahan tanaman duku dengan tanaman jeruk, dan 18% responden menyatakan membiarkan lahan bekas tanaman duku, hal ini memperlihatkan hubungan makin menurunnya luas panen duku dengan meningkatnya luas panen jeruk. Selain waktu berbuah yang relatif lama, semua responden menyatakan bahwa Duku Komering hanya menghasilkan buah lebat dua tahun sekali. Penelitian mengenai Duku Komering belum menyentuh dasar kepentingan dan minat masyarakat Komering untuk melestarikan Duku Komering. Belum ada penyatuan visi dan misi pihak-pihak terkait yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan upaya pelestarian.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa:
1. Turunnya kualitas Duku Komering disebabkan karena perubahan habitat. Turunnya produksi/pohon Duku Komering disebabkan karena perubahan pola tanam dari pola campuran menjadi pola monokultur dan turunnya kuantitas luas tanam Duku Komering disebabkan karena menurunnya minat tanam.
2. Turunnya minat tanam masyarakat untuk menanam Duku Komering disebabkan karena umur berbuah lama, interval berbuah dua tahun sekali, dan sifat apomiksis.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti menyarankan:
1. Pemerintah diharapkan dapat memasyarakatkan pola tanam sistem hutan dalam budidaya Duku Komering.
2. Lembaga perguruan tinggi diharapkan dapat melakukan penelitian-penelitian secara lebih intensif yang berkaitan dengan rekayasa sifat genetik Duku Komering
3. Pembentukan kawasan agrowisata Duku Komering diharapkan dapat menyelaraskan pelestarian Duku Komering dan pembangunan daerah.
Daftar Kepustakaan: 44(1968-2002)
Komering Impact of Agro Climate Change on Quality, Quantity and Cultivation Komering's Duku (Lansium domesticum Corr.) Duku Komering is among the tropical fruits that has relatively high commercial value in Indonesia, particularly South Sumatera. High interest of consumers to purchase this fruit is an indication that the produce has a prospective market opportunity. Duku Komering cultivation covered 1.448 ha in 1996, which produced 31.891 ton (Agriculture Department of South Sumatera). This cultivation area decreased to 648 ha (44,75%) in 2001 which only produced 10.570 ton (35,43%) Duku Komering. Conservation of Duku Komering by the Government Agencies, Non Government Organizations and farmers is still in-optimum. This condition could lead to the scarcity and the extinction of the species which was one of valuable genetic source of Indonesia biodiversity.
The Problems formula:
1. Decrease of quality and quantity of Duku Komering
2. Decrease of interest of the fanners to cultivate Duku Komering
The Research purposes:
1. To determine the cause of the decrease of Duku Komering, both in qualitative and quantitative
2. To determine the cause of decrease of interest of the society and fanners in the cultivation of Duku Komering
The research was carried out using survey method. The data received was analyzed descriptive analytically. The survey study was held from April to August 2002. Primer data was collected from a visual observation in the study area and questionnaire-guided interview with respondent. The sample chosen for the study consisted of 60 Duku Komering farmers from a total 1.308 Duku Komering farmers in the selected six villages. Ten farmers was selected from each village by using random sampling method. The determination of sample number was done by using purposive sampling. The selection of study area was done using purposive sampling. Six villages has been chosen from three Sub-Districts using random sampling method. Those are Sukabumi and Gunung Bata Villages (from Cempaka Sub-District), Ruos dan Gunung Cahya Villages (from Muara Dua Sub-District) and Tanjung Baru and Ulak Kapal Villages (from Tanjung Lubuk Sub-District). Parameter being measured is the quality and quantity of Duku Komering, vegetation found around duku plant, climate, farmer's socio-economic condition and physical-chemical characteristic of soil in the study area.
This study showed that there was two different kind of Duku Komering. The first one has got good characters dominated sweet, small seed, and thin peel, which could be found in Cempaka and Tanjung Lubuk Sub-District. The second one are those with degraded characters sourer taste, bigger seed and thicker peel, these lower character could be found in Muara Dua Sub-District. According the soil tests, a high significant result could be found on exchangeable ion kalium, soil texture, and humus dept. Cover vegetation surrounding duku plant gives an optimum temperature for its growth and production in Cempaka and Tanjung Lubuk Sub-District. A contradiction could be found in Muara Dua Sub-District when the plant showed an optimum growth and production without the presence of cover vegetation, and would produced smaller fruit if the plant being covered by other plant. A number of 67% respondent in Tanjung Lubuk and Cempaka Sub-District reported that the plant gave a high yield if it's covered by durian plant. 33% respondent in Muara Dua Sub-District reported that the plant does not need any cover plant. Mono-culture practice applied to the plant's cultivation caused a habitat change that could not provide an ideal ecosystem needed by the plant. If the condition cannot be improved, it will lead to the scarcity of Duku Komering. A small number of forest-cultivation systems could be found in some Iocation in this study area. A number of 91% respondent reported that their lack of interest was caused by the plant's relatively long first production after being cultivated, they transform their land to cultivate orange plant (82%), leave their land (18%), and the fact that the plant only give a good production only twice a year (100%). This fact shows a relation between the decrease of Duku Komering cultivation area and the increase orange cultivation area. Some research about Duku Komering has not been well disseminated to farmers/society in Komering. There is no vision and mission in common from related parties to encourage the society to make some conservation actions.
The conclusion:
1. The decrease of Duku Komering's quality is caused by the change of habitat. The decrease of product/tree is caused by the change from mix to mono-culture cultivation. The decrease of plantings area is caused by the decrease of interest in planting Duku Komering.
2. The decrease of interest in cultivating Duku Komering is caused by the genetic character of Duku Komering, namely the length of harvest period, irregular yield of two year interval,, and apomicsis characteristic fruiting.
The suggestion:
1. Government through associated department is expected to socialize the system of forest cultivation system on Duku Komering.
2. More intensive research on the genetic character of Duku Komering is expected to shorten the age of production and regulate the two years interval of production of this fruit
3. Duku Komering cultivation could be carried out by creating agro tourism in cultivating area
Number of References: 44 (1968-2002)