Kajian ini berisi analisa gaya candi di Sawa Tengah, abad VII - IX Masehi. Pendekatan yang dilakukan pada kajian ini adalah pendekatan kuantitatif guna menguji hipotesa Edi Sedyawati tentang kesatuan gaya seni area di Candi Roro Jonggrang dan Plaosan Lor. Adapun hipotesa tersebut menyatakan bahwa kesatuan gaya seni area yang ada di Candi Roro Jonggrang dan Plaosan Lor terjadi lebih dipengaruhi oleh kedudukan suatu kelompok kemasyarakatan sebagai pusat atau pinggiran dibandingkan dengan penganut agamanya.
Pengelompokan masyarakat tersebut bisa dilihat dari pengelompokan tinggalan yang ada. Hipotesa tersebut akan diterapkan pada gaya bangunan candi yang ada di wilayah yang sekarang bernama Jawa Tengah (termasuk wilayah DIY).
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 candi berbahan batu andesit yang berasal dari abad VII - IX M. Data tersebut dihasilkan setelah terjadi proses pemilihan yang disesuaikan dengan keadaan candi yang masih ada bagian bangunan yang dapat diamati. Setelah data terpilih, data tersebut diamati dengan menggunakan ragangan penelitian candi (merupakan modifikasi dari ragangan bangunan tradisional oleh Edi Sedyawati). Setelah data dimasukkan dalam ragangan. Hasil tersebut diolah dengan menggunakan tabel-tabel yang sudah terdapat pada program komputer SPSS . Adapun tujuannya adalah untuk diadakan pengujian antar variabel dengan cara uji chi-squre.
Sebaran candi-candi berbahan batu andesit di Jawa Tengah, abad VII - IX Masehi pada peta terlihat mengelompok. Adapun pengelompokan yang tersebut adalah di Dataran Tinggi Dieng, di Daerah Ungaran dan sekitarnya, di Dataran Kedu, dan di Daerah sekitar Prambanan. Berdasarkan hal tersebut maka pengujian yang dilakukan terhadap variabel-variabel pengamatan diuji dengan faktor pengelompokan lokasi. Selain dengan faktor lokasi dilakukan juga pengujian dengan latar belakang keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbandingkan faktor manakah yang lebih menunjukan hubungan yang bermakna terhadap keberadaan variabel-variabel pengamatan candi.
Berdasarkan analisa kuantitatif yang dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu SPSS 10 diketahui bahwa faktor lokasi (mengacu pada masyarakat pembuatnya) mempunyai pengaruh yang lebih signifikan daripada faktor latarbelakang agama. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa penelitian ini mendukung hipotesa Edi Sedyawati bahwa gaya seni di suatu wilayah dipengaruhi oleh kedudukan suatu kelompok kemasyarakatan (yang diwakili dengan pengelompokan tinggalan yang ada di suatu lokasi pada penelitian ini) sebagai pusat atau pinggiran dibandingkan dengan penganut agamanya.