Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aplikasi Learning Organization dalam upaya membangun Learning Organization pada Program Studi Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dalam kaitan ini juga ingin diketahui bagaimana profil organisasi Program Extension itu sendiri dan upaya-upaya learning apa yang telah dilakukan oleh Program Extension.
Disain penelitian yang digunakan adalah penelitian tingkat eksplanasi-deskriptif. Sedangkan metode penelitian yang dipakai adalah metode survey, yang diperkuat dengan wawancara dan studi dokumentasi. Populasi penelitian ini diambil secara purposive sebanyak 35 responden, dengan jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ke atas dan job description yang erat keterkaitannya dengan dimensi-dimensi dari lima sub-sistem learning organization.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah kuesioner Learning Organization Profile untuk mengukur variabel tingkat aplikasi learning organization. Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian yang sistematis. Di sini, variabel penelitian, komponen yang diukur, sub-komponen yang diukur dan nomor item instrumen dapat dengan jelas diurut keterkaitannya satu dengan lainnya.
Dari hasil analisis data dan deskripsi data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi learning organization Program Extension adalah bernilai rata-rata 23.16 dan berada pada range-result 16 - 23 = fair. Nilai ini masih lebih tinggi 1.16 dari nilai rata-rata learning organization 500 perusahaan dunia hasil penelitian Marquardt, walaupun tetap pada range-result yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat aplikasi learning organization yang dicapai oleh Program Extension berada pada tingkat yang cukup baik. Hal ini berarti, dinamika belajar, transformasi organisasi, pemberdayaan manusia, pengelolaan pengetahuan dan pemberdayaan teknologi masih belum masuk kategori baik ataupun excellent. Walaupun setara dengan nilai rata-rata 500 perusahaan dunia, namun hal-hal seperti komitmen komunitas organisasi, kerjasama tim dan budaya belajar, belum secara penuh diterapkan dan dibangun oleh Extension. Kondisi ini terjadi karena adanya kendala budaya, yakni ada pihak yang memiliki kekuasaan yang sangat besar dan ada pihak yang tidak memiliki kekuasaan sedikitpun.
Pihak yang memiliki kekuasaan cenderung tidak bersikap terbuka, karena bagi sebagian pimpinan keterbukaan sama artinya dengan berkurangnya kekuasaan. Sebagian pimpinan tersebut akan berupaya sekuat tenaga untuk tidak bersikap terbuka demi utuhnya kekuasaan mereka. Jadi, kendala jarak kekuasaan yang terlalu tinggi merupakan tantangan terbesar yang perlu diatasi untuk mewujudkan learning organization. Karena itu, Program Extension dalam hal ini perlu melakukan koreksi terhadap kesenjangan kekuasaan ini, agar upaya membangun learning organization tidak menghadapi hambatan yang besar di masa depan.