UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Otoritas Hadis Sahih dalam menafsirkan Sunah Rasulullah SAW

Ahmad Yunus; Achmad Lutfi, supervisor (Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Sunah Rasulullah saw. merupakan sumber ajaran Islam kedua. Pemeliharaan sunah diserahkan sepenuhnya kepada umat, yaitu dengan mengabadikan ucapan, perbuatan dan tagrir beliau, atau disebut hadis. Upaya ini dilakukan turun-temurun dalam bentuk periwayatan hingga pengkodifikasiannya pada abad kedua hijriyah. Namun, ada saja ketidak-akuratan dalam periwayatan. Karenanya, para ulama berupaya menyeleksinya. Muncullah pembagian hadis menjadi tiga; sahib, hasan dan daif. Hadis sahih dan hasan memiliki keakuratan tinggi sebagai bentuk pengejawantahan sunah Rasulullah saw., hal ini tidak berlaku bagi hadis daif. Namun, ternyata dijumpai ulama yang menggunakan hadis daif sebagai hujah dan pengejawantahan sunah beliau.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada selain bidang akidah, hadis daif juga digunakan sebagai hujah. Dalam bidang hukum, hadis daif dijadikan hujah dengan syarat: diterima dan diamalkan; dikenal imam-imam hadis tanpa ada yang mengingkarinya; dan sesuai dengan salah satu ayat Alquran atau dasar syariat. Selain hadis daif, amalan penduduk Madinah yang bersifat naqli dijadikan sebagai hujah. Dalam bidang akhlak/fadlail al-a'mal, hadis daif bisa digunakan dengan syarat: tidak terlalu lemah; tema hadis tergolong tema yang ditetapkan dalil yang diamalkan; dan pada saat mengamalkannya, tidak berkeyakinan bahwa ia berasal dari Nabi Saw., tetapi sebagai sikap berhati-hati.
The Authority of Hadis Sahih in Exclamation of Passages of Sunah Rasulullah Saw. Sunah Rasulullah saw. is second resource of Islam teaching. The conservancy of Sunah is delivered fully to people, that is by immortalizing utterance, deed and his tagrir, or referred by hadis. This effort was done in the way of narrative till finally emerge the effort to codification of hadis in the second century of hijriyah. But, in the effort continuation the hadis there are invalid narratives. So that, the muslims scholar have effort to select it. Hence, emerging the divede of hadis become three; sahih, hasan and daif. Sahih hadis and hasan hadis have high accuracy as sunah Rasulullah saw. personification form, this not applicable matter to daif hadis. But, practically met many moslem scholar using daif hadis as hujah and making it as his sunah personification.
This research yield conclusion that daif hadis also used as hujah, besides akidah area. In the field of law, daif hadis used as hujah on condition that: accepted and practiced; recognized by among hadis imam without there isn't disobeying it; and as according to one of the Alquran sentence or syariat bases. Despitefully, there are also using Madinah resident deed having the character of as hujah. In the field of behavior/ fad/rill al-a'mal, daif hadis can be used on condition that: do not too weak; the hadis theme still classified into theme which have been specified by theorem which have been practiced; and at the time of practicing it, do not convince of that he come from Prophet saw., however believing that it is as attitude take a care.

 File Digital: 1

Shelf
 T11933-Otoritas Hadis-TOC.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T11933
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik :
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T11933 15-17-772502904 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 74000
Cover