UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Penerjemahan Pronomina Persona Jepang ke dalam Bahasa Indonesia Tinjauan Kasus Atas Penerjemahan Pronomina Persona yang terdapat dalam cerita pendek Izu No Odoriko serta terjemahanya Penari

Izu Yusnida Eka Puteri; Benny Hoedoro Hoed, supervisor (Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Penggunaan pronomina persona tidak pernah lepas dari komunikasi bahasa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam percakapan biasa, misalnya antara orang tua dan anak; dalam percakapan resmi, misalnya di forum-forum diskusi atau ilmiah; dan bahkan dalam cerita, misalnya fiksi dan nonfiksi, keberadaannya tidak dapat diabaikan. Singkatnya, kata yang berfungsi untuk menggantikan orang itu selalu ada dalam setiap interaksi yang di dalamnya dapat meliputi orang pertama, kedua, atau ketiga. Orang pertama adalah orang yang berperan sebagai pembicara, orang kedua adalah lawan bicara, dan orang ketiga adalah orang yang dibicarakan, di mana orang ketiga tersebut bisa hadir atau tidak hadir dalam sebuah interaksi.
Setiap bahasa memiliki sistem pronomina persona, dan bentuknya sangat bervariasi antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Begitu pula dengan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang menjadi objek dalam penelitian ini. Namun, setiap bahasa memiliki kategori yang paling mendasar untuk pronomina persona, yaitu persona (orang pertama, kedua, dan ketiga) dan jumlah (tunggal, jamak, dan sebagainya). Selanjutnya, ada pula kategori-kategori yang sering ditemukan pada bahasa lain, seperti perbedaan antara bernyawa dan tidak bernyawa, jenis kelamin bentuk inklusif dan eksklusif, dan bentuk hormat.
Adanya perbedaan-perbedaan dalam sistem pronomina persona bahasa Jepang, serta kehidupan sosial budaya yang berbeda, menimbulkan pertanyaan bagaimana padanan pronomina persona Bahasa Jepang di dalam bahasa Indonesia. Melalui sebuah cerita pendek (cerpen) berikut terjemahannya sebagai sumber data primer, dilakukan penelitian atas pronomina persona bahasa Jepang dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Pertama dilakukan klasif ikasi atas pronomina persona bahasa Jepang dan padanannya. Ditemukan 221 data objek berikut padanannya. Cuplikan kaiimat-kalirnat yang mengandung pronomina persona bahasa Jepang tersebut disesuaikan dengan padanannya. Untuk mengetahui kebenarannya, maka cuplikan data dan padanannya dikonsultasikan kepada dua orang informan. Informan pertama adalah penutur asli bahasa Jepang yang memahami bahasa Indonesia dengan baik, sedangkan informan kedua adalah penutur asli bahasa Indonesia yang memahami bahasa Jepang dengan baik Langkah terakhir merupakan penghitungan atas temuan pronomina persona dan padanannya.
Penerjemahan pronomina persona antara dua bahasa tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kehidupan sosial budaya para pemakainya. Karena, cara pemakaian. pronomina persona juga terkait dengan kebudayaan masing-masing masyarakatnya. Pronomina yang digunakan oleh penguasa terhadap rakyat atau bawahannaya tidak akan sama dengan yang digunakan rakyat terhadap penguasa. Brown dan Gilman menegaskan hal itu di dalam bukunya The Power of Pronouns and Solidarity. Secara gamblang Hymes menuturkan komponen komponen. komunikasi yang menjadi acuan dalam menentukan tingkat kesopanan sebuah bahasa, dengan istilah SPEAKING.
Dari analisis yang dilakukan didapatkan kesimpulan, bahwa sekitar 95,02% padanan dari pronomina di dalam bahasa Indonesia adalah pronomina persona juga. Sisanya sebanyak 4,98% berupa padanan yang bukan pronomina persona. Pemadanan pronomina persona dengan yang bukan pronomina persona dilakukan penerjemah untuk mengantisipasi distorsi beberapa makna tertentu, seperti komponen jenis kelamin yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
Dalam penerjemahan sistem pronomina persona, penerjemah menerapkan prosedur transposisi (pergeseran bentuk) dan modulasi (pergeseran makna). Transposisi meliputi pergeseran tataran, dari tataran gramatikal ke tataran leksikal, dan pergeseran kategori meliputi pergeseran struktur, unit, kelas kata, dan intrasistem. Modulasi yang terjadi adalah pergeseran luasan cakupan makna serta modulasi bebas yang berupa implisitasi, karena pronomina persona bahasa Jepang sering diresapkan, sedangkan pronomina bahasa Indonesia cendrung eksplisit. Akibatnya, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia jumlah pronomina tersebut menjadi banyak atau frekuensi kemunculannya tinggi.

 File Digital: 9

Shelf
 T 11924-Penerjemahan pronomina-Lampiran.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina-HA.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina-Analisis.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina--Abstrak.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina--Pendahuluan.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina--Literatur.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina-Metodologi.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina-Kesimpulan.pdf :: Unduh
 T 11924-Penerjemahan pronomina--Bibliografi.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T11924
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : vii, 156 hlm., 29 cm.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T11924 15-19-228595867 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 74024
Cover