Isi Ringkasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedies aegypti, ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanda penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda bintik merah di kulit akibat pendarahan kulit. Penyakit dimaksud sangat menular dan berbahaya serta persebarannya hampir merata di seluruh Indonesia.
Di Kota Pontianak, penyakit tersebut masih diprogramkan pemberantasannya, mengingat setiap tahun kejadian penyakit demam berdarah dengue cenderung meningkat. Sebagai upaya bersama mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD, telah diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan .Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah. Tujuan diterbitkannya keputusan ini adalah memberikan pedoman kepada masyarakat, petugas kesehatan, dan sektor-sektor terkait lainnya dalam upaya bersama pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD agar masyarakat dapat terhindar dari penyakit yang berbahaya tersebut.
Walaupun upaya pengendalian penyakit DBD di Kota Pontianak telah dilaksanakan, namun kasus/kejadian penyakitnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan dan partisipasi masyarakat yang masih rendah. Untuk itu telah dllakukan suatu penelitian ilmlah yang menghubungkan kondisi lingkungan dan partisipasi masyarakat dengan pemberantasan demam berdarah. Tujuan umum penelitian ini adalah meningkaban taraf kesehatan masyarakat melalui ldentifikasi faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit DBD di Kota Pontianak.
Desain penelitian yang digunakan adalah mode survei yang bersifat studi deskiptif cross sectional. Istilah cross sectional dihubungkan dengan waktu pengambilan sampel yang dilakukan pada satu saat tertentu, tidak diabaikan Intervensi atau perlawan pada populasi atau sampel saat dilakukan penelitian.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2003 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat Data primer diambll dari responden yang terpilih dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner yang telah diuji coba terlebih dahulu kepada Kepala Keluarga di lokasi penelitian. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari Instansi terkait, seperti Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik,, Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan. Besarnya sampel yang digunakan adalah 399 KK yang tersebar di 3 Kelurahan (Sungai Bangkong, Sungai Lawi Luar, dan Sungai Lawi Dalam). Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: Kondisi Lingkungan (17 item), Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) sebanyak 15 item, Partisipasi Masyarakat (10 item), dan Pengendalian Penyakit (10 item).
Hasil penelitian diolah menggunakan perangkat lunak komputer, sebagai berikut:
1. Pengaruh umur, pendidikan, pendapatan dan PSP terhadap partisipasi masyarakat.
Koefisien korelasi ganda R (multiple R) sebesar 0,755 menyatakan besarnya derajat hubungan antara variabel terikat (partisipasi masyarakat) dan variabel bebas (umur, pendidikan, pendapatan, dan PSP). Koefisien Determinasi (R Square = R2) sebesar 0,570 artinya 57,0% keragaman nilai partisipasi masyarakat ditentukan oleh besarnya nilai umur, pendidikan, pendapatan, dan PSP. Berdasarkan analisis ragam (nilai F) diperoteh hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah bersifat nyata. Dengan uji t diperoleh hasil bahwa koefisien regresi PSP mempunyai pengaruh yang besar/kuat terhadap partisipasi masyarakat, sedangkan koefisien regresi umur, pendidikan, dan pendapatan berpengaruh kecil/lemah terhadap variabel terikat partisipasi masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama maka variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, sedangkan secara parsial maka variabel PSP yang berpengaruh nyata.
2. Hubungan Kondisi Lingkungan dan Partisipasi Masyarakat dengan Pengendalian Demam Berdarah Dengue.
Dengan menggunakan perhitungan Korelasi Produk Mornen Pearson, didapatkan bahwa korelasi antara kondisi lingkungan dan pengendalian penyakit DBD mempunyai R hitung= 0,088 (lebih kecil dari R label= 0,116) pada tingkat signifikansi 0,01. Ini berarti bahwa kondisi lingkungan berhubungan sangat lemah terhadap pengendalian penyakit DBD. Sedangkan hubungan antara partisipasi masyarakat dan pengendalian penyakit DBD mempunyai R hitung= 0,826 (lebih besar dari R label= 0,116) pada tingkat signifikansi 0,01. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif yang tinggi/kuat dan signifikan antara partisipasi masyarakat dengan pengendalian penyakit DBD.
Berdasarkan uraian pendahuluan, hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
- Tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit DBD di Kota Pontianak sudah cukup baik.
- Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD dan akibat yang ditimbulkannya sudah cukup baik.
- Sikap masyarakat Kota Pontianak mengenai penyakit DBD dan upaya pengendaliannya sudah cukup baik.
- Perilaku masyarakat Kota Pontianak dalam upaya pengendalian penyakit DBD sudah cukup baik.
- Faktor umur, pendidikan, pendapatan, dan PSP secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap partisipasi masyarakat Namun demikian, secara parsial hanya PSP yang berpengaruh besar tehadap partisipasi masyarakat, sedangkan umur, pendidikan, dan pendapatan mempunyai pengaruh yang kecil pada partisipasi masyarakat.
- Kondisi lingkungan mempunyai hubungan yang sangat lemah dengan pengendalian penyakit, sedangkan partisipasi masyarakat mempunyai hubungan yang tinggi/kuat dengan upaya pengendalian penyaktt DBD.
Daftar Kepustakaan : 32 (1967-2003)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a spreaded disease caused by dengue viruses and carried by Aeries aegypti mosquito. It's indicated by sudden fever between 2 to 7 days without any certain causes, weak, restless, solar plexus painful, marked by red dot on the skin, due to the skin bleeding. DHF is a very dangerous spreadable disease. It spreads throughout area of Indonesia.In Pontianak (West Kalimantan), DHF has been programmed in the eradication as the increase number year after year. The Minister of Health has issued a Decree Number 581/Menkes/SK/VII/1992 about Eradication of DHF. The aim of decree to give the guidance for public, health officer and other related sectors.Although the control effort had been executed in Pontianak, cases of this disease trends to increase in every year. It's probably caused by the bad environment conditions as well the lark of community participation. Therefore, a scientific research has been done to correlate the environment condition and community participation with the control of DHF. The general aim of this research to increase standard of public health through environment factors identification and factors influence the community participation in control of DHF in Pontianak.Research design use a descriptive cross sectional survey method. The term of cross sectional related to the interpretation of sample in certain time, without intervention or treatment on the population or sample in research. The research has been conducted on May until! June 2003 in Pontianak, West Kalimantan. Primary data taken from choosen respondents by interview with previously tried out questionaire to the head of household. Sustained secondary data taken from the related institution, for example Health Service,' Statistic Center Agency, District Office and Village Office. Sample scale is 399 head of household spread over 3 villages (Sungai Bangkong, Sungai Jawi Luar and Sungai Jawi Dalam). The research instrument is a questionaire divided by 4 parts. Environment Condition (17 items) 15 items of Behavior and Attitude Knowledge (PSP), Community Participation (10 items) and Control of DHF (10 items).The result of the research was processed by computer software as follows:1. Influence of Age, Education, Income and PSP with the Community ParticipationDouble correlation coefficient R (R Multiple) as 0,755 indicates the standard of correlation between dependent variables (Community Participation) and independent variable (Age, Education, Income and P5P). Coefficient of Determination (R Square= R2) as 57,0% variation of community participation value determined by the age value, education income and PSP. In the variances analysis (F value) obtained a significant correlation between dependent variable and independent variable. By t test obtained a result that the coefficient of regression PSP is significant at the 0,05 level; while age, education, income is not significant influenced the dependent variable. Therefore, ft can be concluded that simultaneously independent variable really influence dependent variable, while partially PSP variable is really influence.2.The Relationship of The Environment Condition and Community Participation with The Control of DHFUsing the calculation of Pearson Product Moment (PPM) correlation, obtained the relationship between environment condition and DHF control has R calculation= 0,088 (less than R table= 0,116) is significant at the 0,01 level. It means the environment condition has not significant correlation with the DHF control. While relationship between community participation and DHF control has R calculation= 0,826 (more than R table=0,116) is significant at the 0,01 level. It means there as positive and significant correlation between community participation and DHF control.From the previous explanation, result of the research and investigation, can be concluded:- Proper level of the community participation on the effort of DHF in Pontianak.
- Proper level of community knowledge on the effort of DHF.
- Good attitude of Pontianak people on DHF and its control.
- Good habit of Pontianak people on the effort of DHF control.
- Age, education, income, and PSP influenced the community participation. However, only PSP partially influenced the community participation; while age, education, and income do not influence the community participation.
- There is a close relationship between environment condition and community participation with the effort of controlling DHF in Pontianak.
Number of References: 32 (1967 - 2003)