Tesis ini membahas mengenai majalah cerita remaja Islam, yaitu Annida tahun 1990-an, meliputi konsep dan representasi remaja Islam dalam cerpen-cerpen tersebut, serta strategi yang digunakan cerpen-cerpen itu untuk menggambarkan pergulatan antara Islam dan isu-isu yang bersangkutan dengannya pada masa tersebut. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori representasi dari Edward Said dan Stuart Hall, teori hegemoni dari Gramsci serta beberapa konsep mengenai remaja dan sastra yang didapatkan dari para alim ulama seperti Muhammad Natsir, Hamka dan lain-lain.
Sejak tahun 1990-an Annida yang dikelola oleh (mantan) para mahasiwa aktivis kerohanian Islam kampus dari Universitas Indonesia, IKIP Jakarta dan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Publisistik (IISIP) tersebut, memiliki konsep sendiri mengenai remaja. Annida menganggap remaja sebagai dewasa yang lebih muda, yang memiliki hak dan tanggung jawab sama dengan kalangan dewasa mana pun. Majalah tersebut mengambil peran sebagai kontra hegemonik dari majalah remaja umum lainnya yang menganggap masa remaja sebagai masa peralihan, dan karenanya diperlukan pemakluman terhadap perilaku-perilaku tertentu dari remaja.
Sebagai majalah fiksi, Annida kerap memuat cerpen-cerpen dengan persoalan dan tema besar, yang berbeda dengan majalah remaja pada umumnya. Cerpen-cerpen Annida tahun 1990-an menjadikan remaja sebagai penggerak atau agen perubah dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.
Demikian pula dengan konsep sastra Annida berbeda dengan konsep sastra pada umumnya. Annida menjadikan sastra sebagai bentuk ibadah dan salah satu sarana dakwah. Cerpen-cerpen Annida tahun 1990-an mengutamakan penyampaian amanat di atas unsur lainnya dan tak bisa dipisahkan dari keterlibatan penulisnya.
Untuk menggambarkan pergulatan antara Islam dan isu-isu yang bersangkutan dengannya pada masa tersebut, ditemukan beberapa strategi yang diterapkan dalam cerpen-cerpen Annida. Yang pertama adalah penggunaan oposisi biner yang kadang bisa berubah dan mendekat, namun tak jarang pula sampai di titik ekstrim yang tak bisa dikompromikan. Lalu strategi representasi dengan melakukan pembalikan keadaan/ situasi kondisi, serta pola representasi dengan melakukan konstruksikonstruksi makna. Dalam cerpen-cerpen Annida jilbab tidak hanya menjadi identitas budaya dari para tokohnya, melainkan juga sebagai alat resistensi terhadap hegemoni negara (Orde Baru) mau pun hegemoni Barat (Amerika Serikat).
Annida, redaktur dan para penulis cerpen di majalah tersebut tahun 1990-an, memegang peranan penting sebagai "kaum intelektual kontra hegemonik" yang di antara tugasnya adalah mengorganisir dan mereorganisasi terus menerus kehidupan sadar dan tak sadar yang di jalani massa popular nasional.