ABSTRAKLembaga pelayanan sosial yang memberikan pelayanan seringkali memperoleh pertanyaan dari berbagai kalangan yang berkisar tentang tujuan atau misi utamanya dalam memandang kelayan, yaitu apakah lembaga pelayanan sosial itu telah melaksanakan misi pemberdayaan kelayan dalam pelayanannya.
Penelitian ini berupaya untuk mengkaji pemberdayaan yang telah dilakukan di lembaga pelayanan tersebut, khususnya pada lembaga sosial SOS Kinderdorf Lembang Bandung. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah. 1) Bagaimana pemberdayaan kelayan yang dilakukan di lembaga pelayanan sosial, 2) Bagaimana hambatan serta kelemahan dari pelaksanaan pemberdayaan kelayan ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Oral ' History° dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Komponen utama dalam pemberdayaan yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian inl adalah : a) Hubungan atau relasi yang saling berbagi daya. b) Assessment yang didasarkan pada kemampuan kelayan,
c) Kebersamaan untuk saling tolong menolong. d) Proses pendidikan untuk berpikir kritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga sosial ini telah menerapkan proses pemberdayaan pada kelayannya yang dillhat dari empat komponen pemberdayaan. Lembaga ini mengembangkan pola asuh keluarga sehingga tercipta suatu relasi kekeluargaan secara akrab. Relasl sosial yang tercipta antara ibu asuh dengan anak asuh ini sangat kondusif bagi pengembangan kebersamaan diantara mereka, sehingga kerja sama saling tolong menolong dapat berkembang dengan baik.
Dialog diantara keduanya dapat tercipta dengan balk, sehingga situasi tersebut dapat dijadikan media bagi tercapainya proses pendidikan yang membebaskan, anak asuh dilatih untuk berani mengemukakan pendapat dan harapannya secara bebas. Hal inilah yang sangat berguna bagi anak asuh untuk mengenal dan memahami situasi yang dihadapinya dengan lebih jelas.
Hambatan utama terletak pada proses assessment yang hanya dipahami oleh ibu asuh saja, tanpa kesempatan bagi orang lain untuk mengkajinya, dengan demikian proses supervisi tidak dapat dilakukan secara intensif. Hal ini disebabkan tidak adanya proses pencatatan dan pelaporan secara sistematis.