Penelitian ini berusaha mengkaji fenomena penerapan penilaian kinerja diberbagai perusahaan di Indonesia, khususnya di Jakarta, terutama yang menyangkut pendapat karyawan terhadap manfaat penilaian kinerja; sejauh mana hasil penilaian kinerja dimanfaatkan oleh perusahaan dalam rangka kebijakan dan praktek Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM ); sejauhmana persepsi karyawan terhadap proses wawancara penilaian kinerja dan mendeskripsikan profil sumber penilaian kinerja dan sumber bias yang terjadi dalam proses penilaian kinerja dalam perusahaan.
Peneltian ini mengambil sampel sebanyak 50 orang yang masing masing mewakili 50 perusahaan, yang dilakukan dengan Sara purposive sampling. Artinya, memilih sampel yang tergabung dalam anggota HRD Club yang berjumlah sekitar 1000 orang, yang mewakili berbagai perusahaan di Jakarta.
Analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian menggunakan analisis deskriptif dengan teknik frekuensi distribusi dan prosentase yang bertujuan untuk menggambarkan sikap karyawan terhadap manfaat penilaian kinerja dan bagaimana evaluasi kinerja dikaitkan dengan fungsi fungsi SDM lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, penilaian kinerja mempunyai manfaat terhadap usaha peningkatan kinerja karyawan dan komunikasi antara atasan dan bawahan. Hasil penilaian kinerja pada umumnya dimanfaatkan untuk menentukan kompensasi, promosi dan peningkatan karir. Proses wawancara dalam penilaian kinerja dilihat oleh atasan maupun bawahan sebagai proses partisipatif yang bertujuan untuk pemecahan masalah, sehingga kedua pihak dapat memahami usaha perbaikan kinerja dimasa yang akan datang. Di dalam proses penilaian kinerja, sumber evaluasi lebih banyak berasal dari atasan dan diri sendiri, sehingga belum banyak melibatkan teman sejawat dan departemen SDM. Dengan demikian pendekatan 360 derajat yang saat ini popular digunakan di negara negara maju, masih belum dapat diterapkan secara penuh disini.