Nilai-nilai Budaya Timur dan Barat dalam Kasopanan Timoer dan Doerinja Pernikahan karya Dahlia (Tan Lam Nio) adalah tulisan yang berupaya mengupas nilai-nilai budaya Timur dan Barat yang ada dalam dua karya yang dihasilkan oleh seorang wanita pengarang peranakan Cina. Dalam mengupas Kasopanan Timoer dan Doerinja Pernikahan digunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah semiotik, yang kedua adalah sosiologi sastra.
Pendekatan semiotik digunakan untuk menelaah alur, unsur-unsur yang membangun cerita, dan tokoh-tokoh dalam karya. Selain pendekatan semiotik, pendekatan sosiologi sastra juga digunakan untuk melihat apakah karya yang dihasilkan oleh Dahlia ini merefleksikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Peranakan Cina pada zamannya (awal abad ke-20).
Setelah mengadakan penelitian dengan dua pendekatan tersebut di atas diperoleh hasil bahwa nilai-nilai budaya Timur dan Barat memang banyak mengisi kedua novel tersebut. Nilai-nilai budaya Timur adalah nilai-nilai budaya masyarakat Peranakan Cina di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Nilai-nilai Barat mengacu pada nilai-nilai budaya yang diperkenalkan oleh Belanda yang pada waktu itu berkuasa di Indonesia. Masyarakat Peranakan dalam kedua novel masih berupaya menjaga nilai-nilai budaya Timur dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai budaya Timur tersebut adalah: sopan-santun, prinsip patrilineal, tata cara melamar, dan prinsip perkawinan yang hanya boleh terjadi antara orang Timur dan Timur. Nilai-nilai budaya Barat yang tercermin dalam Kasopanan Timoer dan Doerinja Pernikahan adalah: pendidikan, pakaian, rumah tinggal, dan teknologi. Dalam kedua novel itu terlihat bahwa budaya Barat yang banyak memberi kemudahan dan kenyamanan bagi manusia mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat Peranakan.
Berkat bantuan teks-teks di luar karya sastra diperoleh pula kesimpulan bahwa Kasopanan Timoer dan Doerinja Pemikahan memang merefleksikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Peranakan pada masa abad ke-20.