Hingga dewasa ini demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia, karena masih banyak menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi serta menimbulkan berbagai dampak yang sangat merugikan keluarga baik ditinjau dari aspek sosial maupun ekonomi. Cara yang dianggap tepat untuk memberantas sarang nyamuk DBD atau untuk mencegah DBD adalah membasmi jentik Aedes aegypti dengan cara 3M (M1: Menguras tempat penampungan air seperti bak airlwc, tempayan, dan drum ;M2 : Memberi tutup yang rapat pada tempat penampungan air; dan M3 : Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas, sehingga tidak menjadi sarang atau tempat bertelur dan berkembang-biaknya nyamuk penular penyakit DBD) dan ini sangat memerlukan partisipasi seluruh masyarakat/keluarga. Kegiatan 3M yang bertujuan untuk membasmi jentik nyamuk penular penyakit DBD tersebut dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue atau disingkat PSN DBD.
Di Indonesia upaya pemberantasan DBD belum berhasil karena kita menghadapi masalah yang luas dan kompleks. Partisipasi keluarga dalam pemberantasan tempat-tempat perindukan vektor DBD, baik yang berada di dalam rumah maupun di luar rumah masih kurang. Kenyataan ini dilaporkan oleh berbagai survei entomologi dan perilaku yang pernah dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini juga terbukti dengan adanya penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 1998, sebagian besar dari 50 keluarga yang diteliti (80%) belum berpartisipasi dalam PSN DBD atau dengan kata lain hanya 20% saja yang berpartisipasi dalam PSN DBD. Atas dasar penelitian terdahulu, terdapat faktorfaktor yang mungkin ada hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD di salah satu RW di Kelurahan Depok tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD, anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan (decision maker) dalam keluarga dalam hal PSN DBD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kabupaten Bogor tahun 1999.
Jenis disain penelitian ini adalah cross sectional study, dengan jenis data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan. Dari data yang sudah terkumpul dihitung proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD dan anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan dalam keluarga dalam hal PSN DBD. Kemudian dihitung distribusi frekuensi keluarga menurut kategori variabel penelitian serta dianalisis hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD menggunakan analisis bivariat dan multivariat.
Peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas masih rendah, sedangkan anggota keluarga yang paling menentukan perlu tidaknya keluarga melakukan PSN DBD (pengambil keputusan) adalah ibu rumah tangga. Pada umumnya pengetahuan ibu rumah tangga yang menjadi pengambil keputusan ini terhadap pemberantasan vektor DBD masih rendah dan hampir seluruhnya mempunyai tingkat pendidikan menengah kebawah. Oleh karena itu untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam PSN DBD dimasa datang, ibu rumah tangga merupakan sasaran penyuluhan yang sangat strategis di lapangan.
Materi penyuluhan seyogyanya disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan disampaikan di tempat-tempat serta dengan Cara yang lebih efektif. Dalam kaitan itu, maka keberhasilan program peningkatan partisipasi keluarga dalam PSN DBD tergantung pada sejauh mana pecan yang dapat diberikan oleh tokoh masyarakat. Hal ini karena tokoh masyarakat diyakini mampu meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pemberantasan vektor DBD dan sekaligus sebagai tokoh yang dapat mendorong partisipasi ketuarga datam PSN DBD.