ABSTRAK Tesis ini berbicara mengenai Kerjasama Ekonomi Sub Regional ASEAN (KESR) khususnya di wilayah Timur ASEAN yang lebih dikenal dengan BIMPEAGA. Pembentukan kerjasarna segitiga pertumbuhan yang disetujui pada tanggal 24 Maret 1994 di Davao City ini, merupakan terobosan yang ketiga kalinya setelah dibentuk IMS-GT dan IMT-GT yang diarahkan untuk mempersiapkan wilayahwilayah Timur ASEAN dalam mengantisipasi perkembangan perekonomian dunia yang semakin mengglobal dan ditandai dengan liberalisasi perdagangan dalam konteks AFTA, APEC dan perdagangan bebas dunia pada umumnya yang dimotori oleh WTO.
Krisis ekonomi yang merata di kawasan ASEAN mengakibatkan terpuruknya dunia usaha yang menjadi motor penggerak kerjasama BIMP-EAGA selama ini. Konsekuensinya, liberalisasi dalam kerangka perdagangan dunia menjadi tidak relevan untuk diterapkan oleh wilayah-wilayah EAGA yang sebagian besar merupakan wilayah miskin dengan tingkat efisiensi industri dan kompetitif produksi yang rendah. Penulis memandang bahwa alternatif terbaik bagi wilayah-wllayah tersebut adalah pengembangan kerjasama BM'-SAGA dengan pertimbangan reduksi tarif hanya dibatasi pada wilayah-wilayah yang sedang dilanda krisis ekonomi dan memiliki implikasi terhadap ketidaksiapannya dalam menghadapi liberalisasi. Selain itu dengan letak geografis yang berdekatan dapat merangsang minat sektor swasta untuk memperluas perdagangan dan investasi yang dimungkinkan oleh biaya yang relatif rendah dan sarana transportasi yang memadai. Disamping itu peran pemerintah pusat yang cukup disibukan oleh rehabilitasi ekonomi dapat dikurangi sekaligus dapat memberikan otonomi yang lebih besar bagi daerah-daerah yang menjadi lingkup kerjasama.
Dalam perkembangan terakhir, kerjasama itu sangat tertinggal dan kurang diminati apabila dibandingkan dengan kerjasama serupa yang telah dirintis sebelumnya seperti IMS-GT. Melalui data perdagagangan bisa dilihat bahwa perdagangan intra EAGA sangat rendah dan realisasi Memorandum of Understanding baru sekitar 15 01o. Padahal secara teoritis kerjasama ini akan sangat menguntungkan wilayah-wilayah EAGA.
Tesis ini secara spesifik akan menganalisa faktor-faktor penghambat Pembangunan Ekonomi Sub-wilayah EAGA berdasarkan data sejak tahun terbentuknya (1994) sampai sekarang.
Dalam menganalisa permasalahan yang dihadapi, penulis memperhitungkan faktor-faktor politik, ekonomi, geografis dan sosial budaya darn wilayah-wilayah EAGA karena semua faktor-faktor tersebut secara spesifik mempunyai andil dalam perkembangan BIMP-EAGA.