Inovasi pada lembaga riset semakin memegang peranan penting dalam menghadapi era globalisasi dan pasar yang semakin kompetitif saat ini. Kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai proses inovasi dari suatu lembaga riset telah banyak menghasilkan teknologi, namun relatif masih sedikit yang diterapkan IKM. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya produk litbang yang dapat dimanfaatkan IKM dan masih minimnya penerimaan Pelayanan Jasa Teknis Balai yang berasal dari kerjasama litbang. Dikaitkan dengan visi jangka panjang lembaga litbang di Iingkungan Depperindag sebagai agent inovasi teknologi bagi industri utamanya bagi IKM, menuntut perlunya menumbuhkan pembelajaran dalam organisasi agar inovasi yang dihasilkan tidak hanya berhenti pada tahap penemuan, tetapi dapat diterapkan dalam kegiatan bisnis.
Peningkatan nilai tambah melalui penerapan hasil litbang teknologi, rekayasa, dan desain merupakan salah satu bentuk peluang yang dapat dimanfaatkan oleh IKM Agro, untuk itu peran Balai Besar lndustri Agro sangat diperlukan dalam membantu pengembangan industri melalui penerapan produk litbangnya. Hal ini melihat potensi IKM Agro sangat berpeluang untuk dikembangkan daiam rangka memacu pertumbuhan ekspor non-migas mengingat bahan baku dan potensi pasar yang besar.
Tujuan kajian ini, adalah : (1) untuk mengetahui kinerja produk hasil litbang BBIA dalam memenuhi kebutuhan/mendukung IKM Agro (dilihat berdasarkan persepsi dan harapan IKM/pengguna jasa); (2) untuk menjelaskan proses pembelajaran dalam merespon perubahan dan kebutuhan IKM, dan (3) untuk mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam upaya meningkatkan kinerja produk BBIA guna mencapai kesesuaian persyaratan yang dibutuhkan oleh pelanggannya/IKM.
Kinerja produk hasil litbang BBIA diukur dengan menggunakan perspektif pengguna produk (khususnya IKM) untuk mengetahui persepsi dan harapan IKM dengan melihat tingkat kepuasan yang menyangkut 5 aspek kepuasan pelanggan, yaitu : tangibility, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Data diolah menggunakan metoda statistik-analisis deskriptif dengan menerapkan metoda skala Liked. Sementara untuk mengetahui sistem pembelajaran di BBIA dengan melihat style (model) dan faktor pendorong terjadinya pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis multivariat, yaitu SPSS-analisis faktor.
Berdasarkan analisis dan pembahasan proses pembelajaran di BBIA dalam meningkatkan produk litbangnya agar dapat mendukung IKM, dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Kinerja produk litbang BBIA yang diukur dengan menggunakan tingkat persepsi dan harapan IKM, ternyata kinerja produk hasil litbang BBIA masih berada di bawah harapan IKM (Persepsi IKM secara keseluruhan sudah cukup puas atas produk litbang yang dihasilkan BBIA). Hal tersebut ditunjukkan oleh hampir semua variabel mempunyai skor persepsi lebih rendah dibandingkan dengan skor harapan. Sementara bila dilihat dari 5 dimensi aspek kepuasan pelanggan, skor persepsi tertinggi untuk dimensi tangibility (lokasi dan kernudahan mencapal, peralatan yang dimiliki, SDM yang cukup profesional, adanya layanan purna jual dan studi tekno-ekonomis dari tiaptiap produk litbang yang dihasilkan), sementara yang terendah pada dimensi responsiveness (kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen); (2) Ada 2 faktor yang berpengaruh dalam terbentuknya style pembelajaran yang terjadi di BBIA, yaitu : (a) Faktor Knowledge Acquisition yang memberikan pengaruh tertinggi yaitu sebesar 38.72% di dalamnya termasuk variabel penggalian sumber knowledge untuk perbaikan kepada produk dan proses; dan (b) Faktor Knowledge Sharing memberikan pengaruh sebesar 23.96% terhadap style pembelajaran di BBIA, yang terdiri dari variabel dissemination mode dan learning focus. Analisis Learning Orientation juga menunjukkan model pembelajaran di BBIA ditentukan oleh sumber knowledge dan product process-focus; (3) Terdapat 6 faktor pendorong yang memudahkan terjadinya pembelajaran di BBIA, yaitu : kreatifitas, pendidikan berkelanjutan, keragaman operasional, eksperimentasi, concern terhadap pengukuran kinerja, dan tanggap terhadap lingkungan. Faktor pendorong ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kasus pembelajaran di Balai Litbang lndustri Kulit, Karat, dan Plastik (BBKKP) yang terdapat 7 faktor pendorong, dengan kesamaan faktor yang paling berpengaruh adalah kreatifitas.
Strategi pembelajaran yang sesuai di BBIA untuk dapat mengatasi skor kesenjangan yang tinggi dalam hal kemampuan BBiA menghasilkan produk litbang dan dapat diterapkan di IKM, adalah BBIA perlu mengembangkan model pembelajaran yang ada dengan memperhatikan variabel value-chain (keseimbangan antara proses mendesain dan kebutuhan/analisa pasar) dan pengembangan ketrampilan/keahlian SDMnya agar inovasi yang didapatkan dari hasil kreatifitas dan interaksi yang sudah melibatkan IKM dapat diterapkan IKM. Diharapkan produk litbang yang dihasilkan dapat lebih membantu IKM, utamanya dalam pemecahan penguasaan teknologi.