ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk memperoleh kejelasan persepsi kelompok penjual jamu gendong dari Solo yang bermukim di Tambun terhadap penggunaan lendir bekicot sebagai bahan pengobatan alternatif untuk "menyembuhkan" sakit pada gigi berlubang
dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi bagi kelompok ini.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian adalah Desa Mangunjaya Tambun - Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan dua kali Fokus Group Diskusi ( FGD ) dan wawancara mendalam (indepth interview ) terhadap dua orang penjual jamu gendong.
Hasil yang diperoleh mengungkapkan bahwa kelompok penjual jamu gendong dari Solo ini yakin bahwa lendir bekicot berkhasiat untuk menyembuhkan rasa sakit akibat gigi berlubang, Menurut mereka, hanya dengan satu atau dua kali pemakaian, lendir bekicot mampu menghilangkan rasa sakit yang semula mengganggu aktifitas.
Bahkan diungkapkan bahwa sakit gigi tersebut tidak pernah kambuh kembali. Dengan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan lendir bekicot sperti misalnya rasa sakit segera reda setelah pemakaian, tidak kambuhnya rasa sakit di hari-hari berikutnya, tidak membutuhkan biaya dan mudah didapat, maka rasa amis yang dikeluarkan oleh lendir bekicot itu dapat mereka abaikan. Dapat dilihat pula bahwa pada kelompok ini sikap kekerabatan mempengaruhi kepercayaan mereka dalam perawatan penyakit dan tampaknya pandangan mereka tentang penyebab sakit gigi akibat gigi berlubang ini sejalan dengan teori naturalistik, disamping itu didapati sifat etnosentris yang kuat dalam kelompok ini menjadi salah satu faktor yang menghambat pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan gigi.