ABSTRAKPembangunan senantiasa menghadirkan dikotomi antara dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak positif pembangunan adalah meratanya informasi bahkan sampai mendunia atau yang lebih kita kenal dengan transformasi globalisasi. Namun hal ini juga menghadirkan dampak negatif yang tak kurang peliknya, mulai dari peningkatan urbanisasi, meningkatnya pengangguran, tingkat kemiskinan sampai pada akhirnya meninggikan tingkat angka kejahatan di masyarakat.
Intervensi pembangunan yang menghasilkan kondisi miskin ini telah merembes pada keluarga sebagai unit kesatuan masyarakat yang terkecil , sehingga menuntut adanya kontribusi pendapatan dari seluruh anggota keluarga termasuk anak. Dan suka ataupun tidak anak harus ikut bekerja. Biasanya dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah serta minus pengalaman, sulit bagi mereka untuk memasuki kerja formal yang memadai, akhirnya mereka akan lebih banyak memasuki kerja di sektor informal..
Dari sektor ini biasanya mereka bekerja sebagai pedagang kegiatan pedagang; menjadi penjaja makanan-minuman, pengecer koran-majalah. Dan sebagai penjual jasa; menjadi pengamen .Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi jalanan ini yang kemudian dikenal sebagai anak jalanan.
Keberadaan mereka sebagai pekerja anak jalanan sendiri sudah merapakan suatu masalah sosial, dan ketika mereka sudah berada di jalan, akan muncul masalah sosial lain seperti berkaitan dengan masalah pendidikan, sosialisasi, kesehatan, keamanan, kesejahteraan, ekonomi dan kemasyarakatan lainnya.
Berangkat dan kenyataan tersebut diatas, maka penelitian ini ingin mengetahui keberadaan kehidupan pekerja anak jalanan, khususnya mereka yang bekerja di lampu merah, yang dilihat dari beberapa faktor yang melatar belakanginya.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, maka penelitian yang bersifat eksploratif ini dilakukan secara kualitatif, dengan jumlah responden sebanyak 6 orang berlokasi di perempatan lampu merah jatinegara.