ABSTRAKBahasa sebagai alat komunikasi di industri konstruksi yang banyak menggunakan sumber daya manusia, sangat memegang peranan. Tenaga kerja baru dapat bergerak atau bekerja dengan baik apabila telah menerima instruksi dengan jelas.
Dalam manajemen proyek konstruksi terdapat mekanisme informasi yang menggerakkan proses produksi. Proses produksi berlangsung berdasarkan rencana kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja (bestek) yang diinterpretasikan oleh proyek manajer dalam bentuk petunjuk operasional. Petunjuk ini disampaikan kepada mandor untuk kemudian berturut-turut disampaikan kepada tukang dan laden. Dua komponen terakhir inilah yang akan mengerjakan hasil interpretasi dalam bentuk hasil produksi berupa bangunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, bahasa operasional harus mengandung pengertian yang seragam dan dapat dimengerti oleh semua pihak yang terlibat. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional seyogyanya dapat mewadahi kepentingan tersebut. Dengan pengertian yang seragam ini diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat efektif dan memenuhi target.
Melalui penelitian dengan metode survey dan analisis presentase ini, diperoleh secara empiris bahasa yang digunakan, faktor penghambat, dan sarana komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, baik kepada bawahan, atasan, dan menyilang.
Bahasa yang paling banyak digunakan ialah bahasa Indonesia, dan sangat sedikit menggunakan bahasa daerah dan bahasa Inggris. asing. Hambatan komunikasi yang dominan ialah makna kalimat kurang jelas, daya tangkap penerima kurang, dan kurang tepat memilih sarana atau bentuk komunikasi. Sarana dan bentuk komunikasi yang sering dipakai ialah instruksi lisan untuk bawahan, laporan untuk atasan, dan pendekatan non formal untuk menyilang.