ABSTRAKPenelitian yang berjudul "Perkembangan Novel Indonesia Sebelum Balai Pustaka" ini berusaha mengungkap khazanah novel yang pernah terbit - di Indonesia, sebelum berdirinya Balai Pustaka, tahun 1917. Sejauh kepustakaan yang dapat dirunut, terbukti belum pernah ada ahli atau -pengamat kesusastraan Indonesia yang berusaha mengungkap khazanah kesusastraan sebelum Balai Pustaka tersebut, secara menyeluruh dan khusus. Seandainya pun pernah ada yang melakukan, rata-rata terbatas pada topik-topik yang sangat spesifik. Dalam hubungan ini pantas disebut, misalnya, penelitian yang lebih dari memadai yang pernah dilakukan oleh Claudine Salmon, berjudul Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography (1981), atau yang dilakukan oleh Nio Joe Lan dengan bukunya Sastera Indonesia-Tionghoa, atau seperti juga yang dilakukan oleh John B. Kwee dengan disertasinya berjudul Chinese Maley Literature of the Peranakan Chinese in Indonesia 1880-1942 (1977). Ketiga peneliti tersebut jelas sekali hanya mengkhususkan pembicaraannya pada khazanah kesusastraan yang ditulis oleh pengarang Peranakan Cina.
Peneliti lain yang pernah mencoba menunjukkan khazanah kesusastraan Indonesia dari sisi yang lain hampir-hampir belum pernah ada, dan masih sangat sedikit. Dari yang sedikit ini, tampak hanya Pramoedya Ananta Toer yang cukup mempunyai perhatian, khususnya dalam mengungkap khazanah novel sebelum Balai Pustaka yang ditulis oleh pribumi atau peranakan Eropa. Dua buah buku Pramoedya yang masing-masing berjudul Tempo Doeloe (19E2) dan Sang Pemu1a (19P5), menunjukkan perhatiannya itu.
Dalam hubungan ini perlu dijelaskan sedikit bahwa sebenarnya ada beberapa ahli yang mempunyai cukup perhatian mengenai khazanah kesusastraan Indonesia sebelum Balai Pustaka yang melihat tidak hanya sesisi saja. Hanya sayang sekali, para ahli tersebut agaknya belum melakukan penelitian yang mendalam, sehingga mereka pada umumnya hanya dapat menuliskannya dalam bentuk artikel kecil di sebuah majalah. Di antara para ahli yang sedemikian itu, dapat disebutkan disini misalnya C.W. Watson dalam "Some Preliminary Remarks on the Antecedents of Modern Indonesian Literature" (dalam Bra, 1971), W.Q. Sykorsky dalam "Some Additional Remarks on the Antecedents of Modern Indonesian literature" 1980), dan beberapa tulisan Jakob Sumardjo yang tersebar di berbagai penerbitan.
Penelitian ini setidaknya ingin melengkapi atau ingin mengungkap khazanah kesusastraan Indonesia sebelum Balai Pustaka itu, secara menyeluruh dan 1engkap, yang tentu saja bertolak dari data-data yang berhasil diperoleh dan di temukan selama dilangsungkannya penelitian yang enam bulan ini. Sudah barang tentu dengan waktu yang sesingkat itu belum akan diperoleh hasil yang sempurna dan memuaskan (bandingkan dengan penelitian Claudine Salmon yang menghabiskan waktu sekitar 10 tahun), tetapi inilah hasil maksimal yang dapat dilaporkan.
Dalam penelitian ini dapat dijumpai deskripsi secara cukup lengkap mengenai khazanah kesusastraan Indonesia sebelum Balai Pustaka (Bab II: "Pengarang dan Karyanya", serta pada lampiran: "Rekonstruksi Kronologis Novel Indonesia sebelum Balai Pustaka"), mengenai masalah kesejarahan kesusastraan Indonesia yang hingga kini masih simpang siur dan belum berpatokan pada pijakan yang realistis (Bab I: "Pendahuluan"), serta mengenai kecendrungan tema novel-novel sebelum Balai Pustaka yang banyak mengangkat kejadian-kejadian yang sungguh terjadi pada masa itu atau masa-masa sebelumnya (Bab III: "Tema Novel Indonesia Sebelum Balai Pustaka"). Penelitian ini diakhiri dengan kesimpulan (Bab IV) yang mencoba memberi gambaran ringkas tentang apa yang sudah dibicarakan di bab-bab sebelumnya, sehingga dapat dilihat masalah-masalah apa saja yang esensial dan perlu mendapat perhatian kita semua.