Prevalensi gizi kurang bawah dua tahun (6-23 bulan) diasumsikan meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi gizi kurang pada bawah lima tahun (balita) di Kota Bandar Lampung dari 2,1% pada tahun 1997 menjadi 4,69% pada tahun 1999. Sejak pertengahan tahun 1997 sampai sekarang krisis ekonomi masih dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan mengakibatkan bertambahnya penduduk miskin. Bawah dua tahun merupakan periode growth spurt dimana growth failure sering terjadi pada periode ini. Sebagai salah satu sumber daya manusia pembangunan, maka faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan gizi baduta (bawah dua, tahun) perlu dikaji sehingga keadaan yang lebih parah dapat ditekan seminimal mungkin.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta di Kota Bandar Lampung. Desain yang digunakan cross sectional, populasi adalah keluarga miskin dan keluarga tidak miskin punya baduta dengan unit analisis baduta umur 6-23 bulan. Pengambilan sampel dilakukan metode cluster, dan besar sampel minimal masing-masing tipe keluarga 94 sampel. Variabel yang diteliti meliputi jenis kelamin, umur, tingkat konsumsi (energi dan protein), status imunisasi, pemberian ASI, tingkat pendidikan. ibu, kejadian diare, sumber air minum dan persepsi mengalami krisis ekonomi. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara menggunakan kuesioner, pengukuran dan penimbangan berat dan panjang badan baduta. Hasil recall l x 24 jam dihitung nilai gizinya menggunakan soft ware Nutrisoft dan status gizi baduta dilihat berdasarkan nilai Z-Skor. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil uji beda antara keluarga miskin dan keluarga tidak miskin, ditemukan bermakna (p<0,05) pada status gizi indeks PB U, tingkat pendidikan ibu, dan status imunisasi. Adapun hasil uji beda nilai mean Z-Skor variabel bebas pada keluarga miskin ditemukan bermakna (p<0,05) pada variabel jenis kelamin dan umur (BB U), umur (PB U), jenis kelamin, umur dan sumber air bersih (BB PB). Sedangkan pada keluarga tidak miskin ditemukan kemaknaan pada variabel umur, tingkat pendidikan ibu dan status imunisasi (BB U), umur (PB U) dan umur dan status imunisasi (BB PB). Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi (tanpa interaksi) indeks BB U adalah umur 6-11 bulan (OR = 0,3), indeks PB U adalah keluarga miskin (OR = 3,9), dan indeks BB PB adalah sumber air minum kualitas buruk (OR = 0,2).
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan pertumbuhan baduta di Kota Bandar Lampung bukan karena penyebab langsung melainkan oleh penyebab tidak langsung yaitu umur baduta, tingkat ekonomi keluarga dan sumber air minum keluarga. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan langkah-langkah strategis dari instansi terkait dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga dan pengawasan serta pengendalian sumber air minum yang baik.
Daftar bacaan : 92 (1977- 2002)
Under weight prevalent of under-two child {6-23 months) is assumed to increase to gether with the under weight prevalent of under-five in Bandar .Lampung city from 2,1% (1997) to 4,69% (1999). From the middle of 1997 up to now economic crisis impact still be felt by Indonesian citizens and increased poor population. Under-two is a growth spurt period where the growth failure often happened. As one of human resources development, every factor related to health and nutrition of under-two need to be studied, to prevent more severe condition.This study objective is to find out prevalent description and factors related to nutritional status of under-two in Bandar Lampung city. Using design cross sectional, population are poor family and non-poor family which have under-two with analysis unit under-two age 6-23 months. Sampling taken by cluster, minimum sample size each family is 94 samples.Variables studied including sex, age, consumption level of energy and protein, immunization status, breast feeding, mother education, water resource, and perception to economic crisis. Data collection conducted by interview using questionnaire, measuring and weighing to body weight and height. Result of recall 24 hours calculating nutrition intake by Nutrisoft and nutritional status based on z score value. Data procession using univariate, bivariate and multivariate analysis.Significantly test results of poor and non-poor family showed difference for Height to age, mother education level and immunization status (p<0,05). From t test mean value Z-Score in underclass family are sex and age (Weight to age), age (Height to age), and sex, age, and clean water source (Weight to height). While in non-poor family are age, mother education level, and immunization status (Weight to age), age (Height to age), age, and immunization status (Weight to height). Dominant factors that influence nutritional status (without interaction) for Weight to age index is age 6-11 month (OR = 0,3), Height to age index is poor family category (OR = 3,9), and for Weight to height index is bad water source (OR = 0,2).This study conclude that growth problem among under-two in Bandar Lampung city not primarily caused by nutrition impact but by indirect factors such as, economy and environment (water source). It should be taking some strategies from linked institution in order to improve family income and monitoring and controlling good water sources for consumption.Bibliography: 92 (1977 - 2002)