Penyakit Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena merupakan penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Pengobatan TB paru harus dilakukan secara adekuat, lengkap dan teratur supaya angka kesembuhan tinggi dan untuk mencegah resistensi. Angka putus berobat penderita TB paru di Kota Banda Aceh tahun 200I sebesar 21,5%. Putus berobat sangat mempengaruhi keberhasilan dari tujuan penanggulangan TB paru. Penanggulangan TB paru dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan putus berobat penderita TB paru di Puskesmas di Kota Banda Aceh tahun 2001 - 2002. Desain penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari TB 01 dan data primer yang didapat langsung dari penderita TB paru dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2003. Sampel penelitian yaitu 141 penderita TB paru berumur 15 tahun keatas yang datang berobat di Puskesmas di Kota Banda Aceh tahun 2001 - 2002 yang diambil secara simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden penderita TB paru yang putus berobat di Puskesmas Kota Banda Aceh tahun 2001 - 2002 sebesar 30%. Gambaran karakteristik penderita, TB paru di Kota Banda Aceh adalah responden berumur rata-rata 35 tahun, penderita laki-laki lebih banyak 72% dari pada penderita TB paru perempuan 28%. Faktor karakteristik yang berhubungan bermakna dengan putus berobat adalah pekerjaan dan pengetahuan. Penderita TB paru dengan pengetahuan tentang TB paru rendah berpeluang putus berobat 3,69 kali (95% CI : 1,418 - 9,951) dibandingkan penderita TB paru yang berpengetahuan tinggi tentang TB paru. setelah dikontrol variabel efek samping obat.
Faktor lain yang berhubungan bermakna dengan putus berobat adalah ketersediaan obat, efek samping obat, dan PMO dan manfaat pengobatan. Penderita TB paru dengan persepsi tidak tersedia obat di Puskesmas mempunyai peluang putus berobat sebesar 4,67 kali (95% CI : 1,282 - 17,011) dibandingkan dengan penderita TB paru dengan persepsi obat tersedia di Puskesmas setelah dikontrol variabel efek samping obat, pengetahuan, dan PMO. Penderita TB paru dengan keluhan ada efek samping obat mempunyai peluang putus berobat 4,24 kaii (95% CI : 1,751 - 10,247) dibandingkan penderita TB paru yang tidak ada keluhan efek samping obat setelah dikontrol variabel pengetahuan dan PMO.
Demikian pula Penderita TB paru yang tidak didampingi PMO mempunyai peluang putus berobat 2,51 kali (95% 'CI : 1,081 - 5,851) dibandingkan dengan penderita TB paru ada didampingi PMO setelah dikontrol variabel ketersediaan obat, pengetahuan dan efek samping obat. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan putus berobat penderita TB paru adalah faktor ketersediaan obat.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan monitoring dan evaluasi OAT secara langsung ke Puskesmas, diseminasi informasi dan promosi kesehatan serta perencanaan dan pengadaan obat untuk mengatasi masalah efek samping obat. Untuk Puskesmas disarankan lebih aktif melakukan penyuluhan langsung untuk meningkatkan pengetahuan penderita tentang TB paru sehingga angka putus berobat penderita TB paru di Kota Banda Aceh dapat ditekan seminimal mungkin. Diharapkan ada penelitian lanjutan dengan menggunakan desain yang lebih baik.
Pulmonary TB is still the problem of health in Indonesia, because representing contagion able to result death, Important of medication of Pulmonary TB which is adequate, regular and complete can give high recovering number and prevent to resistance. The number of drop out of Pulmonary TB patient in Banda Aceh in 2001 equal to 21,5%. The drop out of pulmonary TB is very influencing of efficacy from target of treat of Pulmonary TB. The treat of Pulmonary TB with strategy of Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) can give high recovering number. This research aim to know factors related to drop out of Pulmonary TB patient at the Public Health Center in Banda Aceh in 2001 - 2002. Research Design is sectional cross by using data of secondary coming from TB 01 and got primary data is direct the than Pulmonary TB patient by interview use questionnaire . Research done in March up to May 2003 . Research sample that is 141 Pulmonary TB patient age 15 years old incoming medicine at the Public Health Center in Banda Aceh in 2001 - 2002 which is taken by simple random sampling. Result of research indicate that respondent proportion drop out of Pulmonary TB at the Public Health Center in Banda Aceh in 2001 - 2002 equal to 30%. Characteristic of Pulmonary TB patient in Banda Aceh is age mean 35 year, The men of Pulmonary TB more is 72% than the woman 28%. Respondent characteristic factor have a meaning of drop out is knowledge and work. Pulmonary TB patient with knowledge about low Pulmonary TB have opportunity 3,69 times (95% CI : 1,418 - 9,951) to drop out compared to patient of high knowledgeable Pulmonary TB about Pulmonary TB after controlled by side effects variable. The other related factors have a meaning of drop out is the availability of drug, side effects, and the Observed Treatment. Pulmonary TB Patient with perception is not available drug at the Public Health Center have opportunity equal to 4,67 times (95% CI 1,282 - 17,011) to drop out compared to Pulmonary TB patient with perception of available drug at the Public Health Center after controlled side effects variable, knowledge, and PMO. Pulmonary TB patient with sigh there is side effects have opportunity to drop out 4,24 times (95% CI : 1,751 - 10,247) compared to Pulmonary TB patient which there is no sigh of side effects after controlled knowledge variable and PMO. That way also Pulmonary TB patient which not consort by the Observed Treatment have opportunity to drop out 2,51 times (95% Cl : 1,081 - 5,851) compared to Pulmonary TB patient there is consorted by the Observed Treatment after controlled variable availability of drug, side effects and knowledge. The most dominant factor related to drop out of Pulmonary TB patient is availability of drug. With result of this research suggested to Public Health Service to do evaluation and monitoring of OAT directly at the Public Health Center and desimination information and health promotion also planning and levying of drug to overcome the problem of side effects. For Public Health Center more active conduct direct consul to increase knowledge of patient about Pulmonary TB so the drop out of pulmonary TB patient in Banda Aceh can be depressed as minimum as possible. Expected there is research of continuation by using better design.